oleh : Andi Naja FP Paraga
Serikat Buruh Sejahtera Indonesia(SBSI) bagian dari sejarah perjalanan pengorganisasian kaum buruh-pekerja di tanah air.
Organisasi Perburuhan yang lahir pada tahun 1992 ini telah mengalami hampir semua dinamika ketenagakerjaan dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit didalam pengorganisasian kaum buruh.
Era Pendirian SBSI
Tahun 1992 adalah era pembentukan dan pendirian SBSI bukanlah era yang menyenangkan untuk sebuah organisasi yang berbeda ideologi dengan ideologi perburuhan Orde Baru.
Para pendiri SBSI adalah sejumlah tokoh yang justru berlawanan dengan pemerintah. Namun kondisi itu tak menghalangi tokoh seperti Muchtar Pakpahan, KH Abdurrahman Wahid, Sukmawaty Sukarnoputri mendirikan dan mengembangkan SBSI hingga memiliki anggota lebih dari satu juta.
Sebagai resiko dari perjuangan itu adalah Muchtar Pakpahan harus mendekam dalam penjara sebanyak tiga kali, begitupula dengan pengurus SBSI lainnya.
Tekanan demi tekanan terhadap pengurus dan anggota SBSI seolah menjadi hal yang biasa. Hal ini terus berlangsung hingga Rezim Orde Baru tumbang.
Era Pengembangan dan Prestasi
Memiliki Pengurus Koordinator Wilayah di semua Propinsi, memiliki Pengurus Cabang hampir di semua Kabupaten/Kota, memiliki anggota di semua sektor telah membuat SBSI sangat berpengaruh dalam dunia ketenakerjaan di tanah air.
Masa Awal Pemerintah Orde Reformasi memberi ruang seluas-luasnya kepada SBSI memberikan pemikiran konstitusional termasuk kontribusi pemikiran dan konsep berdirinya Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial yang diperuntukkan bagi kaum buruh,bahkan era Presiden KH Abdurrahman Wahid tidak hanya memiliki kedekatan personal, SBSI turut mengambil bagian menyelesaikan persoalan ancaman disintegrasi bangsa baik persoalan Aceh hingga persoalan Papua.
Dalam persoalan perburuhan Internasional nama SBSI sejajar dengan organisasi Serikat Buruh dari negara lain, SBSI pernah menduduki jabatan Strategis di ILO.
Torehan prestasi ini tentu merupakan pengakuan internasional terhadap SBSI yang telah berkiprah sangat baik bahkan dominan di Indonesia.
Sejarah yang tertulis mestinya dengan tinta emas karena mata dunia memandang SBSI sebagai organisasi perburuhan yang telah bekerja besar dan berkarya di Indonesia.
Tidak hanya itu saja, kesejahteraan pengurus dan anggota SBSI turut membaik seiring dengan berjalannya sistem keuangan SBSI baik berupa iuran anggota dan adanya pendanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi pengurus dan anggota SBSI dari Lembaga-lembaga Donatur Internasional.
Era SBSI dan Politik…
Memiliki Pengurus yang berkualitas dan anggota yang banyak adalah asset besar SBSI untuk membangun kekuatan politik dengan harapan perbaikan nasib buruh dapat diperjuangkan di gelanggang Legislatif bahkan jika perlu Eksekutif.
Pertimbangan tersebut kemudian melahirkan gagasan untuk memiliki Partai Politik(Parpol) dan mengikuti kontenstasi politik dalam era demokrasi sebagai buah dari reformasi 1998.
Lantas berdirilah sebuah partai politik dengan platform perburuhan bernama Partai Buruh Sosial Demokrat(PBSD) dan untuk selanjutnya berubah nama menjadi Partai Buruh(PB).
Partai yang didirikan oleh kaum buruh ini cukup diminati oleh masyarakat indonesia khususnyakalangan buruh. Sayangnya Partai ini tidak berumur panjang dan belum mampu berbuat banyak di Gelanggang yang cukup menjanjikan bagi perbaikan dan percepatan Nasib buruh untuk memperoleh kesejahteraan yang menyeluruh.
Era SBSI Terbelah..
Kongres ke-IV SBSI nampaknya menjadi koreksi besar-besaran terhadap Visi, Misi,
Managemen dan Strategi Perjuangan SBSI yang sudah menjadi Konfederasi dengan nama Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia(KSBSI). Dinamika yang terjadi sejak berdiri pada Tahun 1992 hingga Kongres IV mengguncang kesetabilan organisasi besar ini.
Demokrasi, managemen, konsolidasi, soliditas dan solidaritas yang dibangun sedang diuji apakah kuat atau rapuh.
Demikian pula persoalan leadership yang selama ini dikembangkan SBSI menghadapi persoalan yang tidak ringan. Kongres IV menjadi pertaruhan apakah organisasi ini bisa bertahan selama-lamanya dalam Visi, Misi, platform yang sama ataukah akan terbelah.
Nampaknya pilihan yang tak diinginkan justru itu yang terjadi”KSBSI TERBELAH”. Kekecawaaan sejumlah kader atas Keputusan Kongres telah membuat mereka berpamitan dari KSBSI dan membuat serikat buruh baru yang diberi nama”SBSI 1992″. Jadilah ada 2(dua) SBSI yaitu KSBSI dan SBSI 1992. Ternyata dalam perjalanan berikutnya KSBSI kembali terbelah dengan keluarnya Sang Tokoh Pendiri SBSI Muchtar Pakpahan dari KSBSI yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi(MPO) KSBSI.
Demi menyelematkan organisasi tersebut pada tahun 2012 Muchtar Pakpahan mendeklarasikan kembali SBSI untuk kembali pada pada Format semula, kembali pada AD/ART,Visi, Misi dan platform semula dan untuk pekerjaan yang tidak mudah ini seluruh kader SBSI dalam barisan Muchtar Pakpahan wajib bekerja keras termasuk merebut hak atas: nama, logo dan tridharma SBSI walaupun harus menenpuh jalur hukum secara marathon dan melelahkan. Akhirnya lewat Putusan Mahkamah Agung RI Muchtar Pakpahan ditetapkan sebagai Pemilik nama, logo, mars dan Tridharma SBSI dan dengan demikian KSBSI tidak lagi berhak menggunakannya berikut konsekuensi lainnya sebagai akibat dari keputusan tersebut.
Kongres V dan VI SBSI tonggak pertaruhan
Kongres V SBSI pada tahun 2014 sukses terselenggara. Keyakinan untuk bangkit kembali sangat kuat, hal ini dibuktikan dengan hadirnya delegasi kongres hampir dari semua propinsi di tanah air dan kongres memilih dewan pengurus pusat periode 2014-2018.
Pengurus terpilih bekerja keras dengan pro aktif melakukan konsolidasi dari perekrutan anggota, penguatan pengurus komisariat(PK), penguatan pengurus cabang (DPC) hingga penguatan koordinator wilayah(Korwil).
Dinamika organisasi berjalan baik walaupun terjadi pergantian Sekretaris Jenderal(Sekjend) hingga 2(dua) kali, pergantian ketua konsolidasi 2(dua) kali, pergantian bendahara umum 1(satu) kali.
Dengan segala dinamikanya baik tantangan, hambatan hingga gangguan SBSI bisa menuntaskan periode kepengurusan DPP SBSI periode 2014-2018 hasil Kongres V (lima) tahun 2014.
Era pertaruhan eksistensi periode pertama telah dapat ditempuh dan siap menjemput kongres VI SBSI 2018.
Sesuai rencana Kongres VI SBSI sukses terselenggara dengan baik hingga terpilih dewan pengurus pusat SBSI periode 2018-2022.
Kongres VI SBSI pun tak terlepas dari Dinamika yang tidak ringan dan cukup menjadi refrensi bagi pengurus dan anggota SBSI saat ini dan saat yang akan datang. Dinamika yang terjadi pasca kongres VI SBSI membuat langkah membangun SBSI menjadi tidak ringan.
Periode tonggak pertaruhan jilid II tentu harus kita lewati bersama. Reformasi bahkan Revolusi harus berani dilakukan oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP) SBSI periode 2014-2018. Harus berani berbenah tetapi tidak mengabaikan kehati-hatian. (ANFPP 16/09/2018)