NEWS – Rehia Sebayang, CNBC Indonesia 30 August 2018 21:21
BALI, CNBC Indonesia — Bank Indonesia (BI) menggelar konferensi bertajuk “Maintaining Stability, Strengthening Momentum of Growth Amidst High Uncertainties” di Bali, Kamis (30/8/2018) hingga Jumat (31/8/2018).
Dalam keterangan pers, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, tujuan dari tema yang diangkat adalah menjawab sejumlah tantangan yang tidak hanya dihadapi Indonesia, tapi juga negara-negara emerging market.
Selain itu, Perry juga memaparkan sejumlah strategi BI dalam rangka menghadapi ketidakpastian tersebut. Berikut pernyataan Gubernur BI soal kondisi perekonomian RI dan global.
Seluruh dunia sedang menghadapi ketidakpastian ekonomi keuangan global. Berkaitan pada pola pertumbuhan ekonomi global lebih banyak bertumpu pada Amerika Serikat (AS). Ekonomi dunia saat ini tumbuh 3,8%, tetapi lebih banyak tumbuh di AS.
Negara lain banyak turun, sehingga pertumbuhan ekonomi dunia tidak didukung dari sumber pertumbuhan yang merata. Ekonomi China saat ini tumbuh 6,7% dan kemungkinan akan turun tahun depan. Ekonomi global saat ini menjadi sumber ketidakpastian karena sumber pertumbuhannya tidak merata. Mestinya negara lain juga tumbuh.
Sumber ketidakpastian lain dari kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS. Kemungkinan akan ada kenaikan lagi sehingga menyebabkan Investor menarik dananya dari negara-negara berkembang karena suku bunga AS. Jadi investor menarik dananya dan pindah ke AS. Ini juga menjadi sumber tekanan nilai tukar di berbagai belahan dunia. Banyak negara mengalami tekanan nilai tukar sedangkan dolar AS naik.
Sumber ketidakpastian lainnya adalah ketegangan perdagangan antara AS-China, AS-Eropa, Turki, dll, sehingga menyebabkan ketidakpastian. Jangan-jangan akan menghambat ekonomi ke depannya, sehingga membuat investor semakin menarik dana dari negara berkembang. Itu penjelasan dari temanya.
Kemudian, Perry juga menjelaskan respons Indonesia menghadapi ketidakpastian ini.
Kami berpandangan dari pendapat kami, khususnya Indonesia, khususnya BI. Kuncinya tidak harus memperkuat ketahanan ekonomi, tapi juga harus merumuskan bauran kebijakan sehingga bisa merespons. Bauran atau ramuan kebijakan policy ada mix-nya kalau di bank sentral, dan dilakukan BI juga, yaitu adalah menggunakan instrumen kebijakan suku bunga.
Kenapa kita naikkan suku bunga? Bukan karena inflasi tinggi. Inflasi kita 3,3% dan itu rendah, di bawah target kita 3,5%. Bukan karena ekonomi jelek. Ekonomi kita 5,27%. Bukan karena bank lemah. Jadi ekonomi domestik kita cukup bagus, cuma ada high uncertainties. Sehingga mengharuskan kita merespons dengan suku bunga agar stabilitas terjaga, agar daya tarik dari obligasi pemerintah tetap menarik. Kita harus menjaga imbal hasil obligasi dan saham tinggi.
Jadi, menaikkan suku bunga demi stabilitas. Mendukung nilai tukar melalui intervensi ganda. BI siap melakukan intervensi kalau pertukaran tidak normal. Kita membeli obligasi pemerintah dari pasar sekunder. Kita melakukan swap ini untuk bisa memberikan para pengusaha, baik importir maupun eksportir.
Jadi kalau kebutuhan dolarnya tinggi dalam sebulan atau dua bulan, jadi tidak harus beli dolar sekarang. Pelaku pasar bisa lakukan swap dengan BI. Kita sediakan secara cepat dan murah. Di sini ada dua jenis: swap operasi moneter dan swap aging. Dari pagi biasa sudah diumumkan jam 2.
PILIHAN REDAKSI
· Pukul 16:00 WIB: Rupiah Ditutup Melemah di Rp 14.685/US$ · Mandiri Proyeksi Rupiah Capai Rp 14.635/US$ hingga Akhir 2018 |
Soal stabilitas rupiah
Indonesia sudah menerapkan trilema tadi dengan bauran kebijakan di bidang moneter. Instrumen moneter: suku bunga, stabilitasi nilai tukar rupiah, dan capital flows management. Sering bank sentral kesulitan menghadapi respon suku bunga untuk inflasi dalam negeri. Biarkan nilai tukar fleksibel.
Biarkan arus modal asing keluar masuk bebas. Tapi kan tidak mungkin pergerakan nilai tukar fleksibel. Banyak hal-hal yang tidak rasional. Maka BI harus merespon suku bunga. Nilai tukar tidak mencerminkan supply and demand. Kita juga koordinasi dengan Bu Menkeu. Sebanyak 90% DHE sudah masuk ke bank dalam negeri, tapi baru 15% yg diconvert ke rupiah. Supaya lelang SBN menarik. Sudah banyak asing beli SBN sehingga menambah devisa.
Menjaga momentum pertumbuhan
BI khususnya di bawah kepemimpinan saya itu kita sediakan sejumlah jamu yang pahit, tapi ada juga jamu yang manis. Itu yang disebut bauran kebijakan. Untuk mendorong pertumbuhan [jamu manis], untuk mendorong kredit sudah ada relaksasi loan to value (LTV) atau down payment kredit perumahan. Juga yang inden kita bolehkan, yaitu kebijakan intermedisi makroprudensial. Dananya bisa menerbitkan obligasi bank. Medium TM. Ini juga sudah berlaku 16 juli yang lalu. Likuiditas supaya mudah kendor rerata giro wajib minimum, di mana bank-bank tidak perlu dipenuhi tiap hari, bisa 2% per dua minggu
Pendalaman pasar keuangan agar pembiayaan infrastruktur ekonomi tidak hanya dari kredit. Agar instruktur bisa dibayar dari reksadana berpendapatan tetap, baik dari dalam dan luar negeri. Juga melakukan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
Kita sampaikan, ini lebih baik dari pada mendasarkan pada suku bunga saja. Jelas ya itu dari bank sentral. Nah bank sentral juga harus memperkuat sinergi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan dengan mengelola defisit transaksi berjalan. Lebih baik diturunkan supaya aman. Caranya: inilah sinergi yang terus kita lakukan dengan pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan
Tahun ini ada pemilu dan pilkada, semoga penyelenggaraannya aman. Semoga bagi investor dan dunia usaha, dalam dan luar negeri, yang mengkhawatirkan hal itu, keadaan ini memberikan confidence bagi mereka sehingga akan mendukung pemulihan ekonomi secara berkesinambungan.
Penyelenggaraan pemilu pilkada dan nasional akan ada pengeluarannya. Kalau dalam PDB, pengelolaan langsungnya dalam komponen lembaga negara, bukan rumah tangga. Non rumah tangga. Jadi, penyelenggaraan pemilu ini akan mendorong pertumbuhan dari konstruksi rumah tangga secara langsung dan akan ada sejumlah pengeluaran lain. Kami meyakini stabilitas kita tetap terjaga dan ekonomi akan tetap tumbuh. Tahun ini diperkirakan pertumbuhan 5%-5,4% dan tahun depan 5,1-5,5%.
Langkah penurunan defisit transaksi berjalan
Saya sangat mengapresiasi kepemimpinan bapak Jokowi untuk menurunkan defisit transaksi berjalan. Yang nomor 1 adalah penerapan B20. Kebutuhan bahan bakar yang selama ini dari minyak diganti dari biodiesel pengelolaan kelapa sawit. Insya Allah 1 September akan diterapkan sehingga penggunaan biodiesel bisa dilakukan dan bisa menurunkan impor minyak sekitar US$ 2,2 miliar dari September-Desember.
Kalau tahun depan 12 bulan, ya dikalikan tiga bisa turun sekitar US$ 6,6 miliar. Akibatnya harga kelapa sawit akan naik, jadi eskpor juga pasti akan naik. Kenaikan ekspor dan kenaikan harga dari penerapan biodiesel kira-kira sekitar US$ 4,5 miliar sehingga bisa peroleh US$ 10 miliar dari penerapan ini.
Selanjutnya menggenjot pariwisata. Saya baru datang jam 1 karena kemarin di Yogyakarta rakor dengan pemerintah pusat dan daerah untuk menggenjot wisata. Sehingga disepakati di sana langkah-langkah konkrit untuk mendorong devisa dari pariwisata. Target tahun depan 20 juta wisman, nilai target US $17,6 miliar. Naik sekitar US$ 3,3 juta dari tahun ini. Tahun 2024 diharapkan minimal 25 juta wisman, target US$ 28,5 miliar.
Termasuk juga instruksi dari Jokowi mengenai infrastruktur yang belum financial closure seperti minyak, PLN, yang punya kandungan impor tinggi ditunda dulu. Dengan itu CAD kita tahun ini bisa 2,5% dari PDB. Tahun depan 2% dari PDB.
Pertemuan tahunan IMF-WB di Bali?
Annual meeting Oktober nanti diperkirakan sukses. Banyak turis meramaikan Bali. Coming to Indonesia. Akan menghasilkan devisa. Sehingga pembiayaan infrastruktur akan di-launching di Bali. Mereka juga akan ke Yogyakarta, moga-moga ke lombok, Danau Toba, dll. Apron Bali diperpanjang, bisa menambah sekitar tiga juta. Selain Bali, targetnya juga Borobudur, Yogyakarta-Semarang.
Oleh karena itu, new Jogja International Airport akan mulai beroperasi Maret-April 2019. Kapasitas new airport itu 15 juta orang. Hitung saja kalau 15 juta, ya minimal 15 miliar dolar AS devisa bisa dicapai. Danau toba dll juga terus dikembangkan, di samping juga Labuan Bajo, Lombok, Jakarta, Mandalika, Banyuwangi.
Kita juga berikan bantuan buat masyarakat lombok untuk recover. Termasuk bagaimana pembiayaan kurs untuk pelaku usaha. Bali sudah pulih dan sudah siap menyelenggarakan IMF-WB annual meeting.