Oleh: jacob Ereste
Pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah itu tidak ada di kampung saya, ungkap prof Muchtar Pakpahan, Senen 20 Agustus 2018, saat membuka rapat SBSI di sekretariat organosasi yang terkenal oposisi semasa Orde Baru.
Pembangunan di wilayah kecamatan (kewedanaan) Tanah Jawa, Simalungun, Sumatra Utara justru tidak lagi menjadi lumbung padi.
Tali air (irigasi) yang dibangun tahun 1953-1960, semua telah rusak dan perlahan-lahan menjadi kebun kelapa sawit”, tandas Ketua Umum SBSI sebagai putra Desa Bahjambi, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun 65 tahun silam.
Pada tahun 1970 hingga 1980-an kata Muchtar Pakpahan, mengenang masa kejayaan lumbung beras kampung halamannya di Sumatera Utara. Karena sekarang masyarakat sekampungnya banyak berkeluh kesah, khususnya dengan rusaknya tali air (irigasi) untuk mengairi sawah.
Karena itu menurut aktivis buruh yang terkenal karena keberaniannya melawan rezim Orde Baru ini, sekarang tidak ada lagi sawah yang produktif untuk menghasilkan padi seperti masa jayanya sebagai lumbung padi tiga puluh tahun silam.
Tali air (irigasi) untuk sawah di kampungnya dahulu di bangun pemerintahan Soekarno pada tahun 1950-an. Tapi sekarang semua rusak, tidak dilakukan perawatan maupun perbaikan, tandasnya Muchtar Pakpahan.