Sbsinews – Indonesia (Riau) sangat kaya akan minyak bumi. Kekayaan yang terletak di dalam perut bumi Riau berupa lapisan-lapisan minyak ini tidak bisa dimanfaatkan apabila tidak dikeluarkan dari dalam perut bumi. Agar minyak dapat menjadi uang maka dibutuhkan Padat Teknologi dan Modal. Pekerjaan mengeluarkan minyak ini adalah pekerjaan yang High Risk, High Tech, High Capital. Tidak bisa dipungkiri yang memiliki kemampuan terbaik untuk tiga hal tadi adalah Amerika Serikat. Maka Jakarta pun meminta bantuan Amerika untuk kerja sama bagi hasil mengeluarkan emas hitam Riau tersebut. Gayung bersambut Amerika melalui Caltex Company setuju menalangi seluruh biaya operational (Teknologi, Modal, Resiko) pengeluaran minyak dari perut bumi Riau dengan syarat Caltex diberikan hak KONSESI antara 20 sampai 30 tahun. Konsesi bermakna wilayah kerja sementara menjadi wilayah Amerika. Ini demi keamanan Caltex agar juga sampai mendekat minyak keluar Caltex ditendang. Seluruh biaya operational yang digelontorkan Caltex nantinya akan dibayar dari minyak yang keluar karena Jakarta tidak ada uang. Lantas bagi hasil selanjutnya setelah modal Caltex dilunasi adalah 90% Caltex 10% Indonesia. Itulah akad yang disepakati. Sebelum memulai kerja secara informal Caltex bertanya kepada God Father di Jakarta: “Jakarta, do you want to do Staright business or Mongkey business?” Jakarta menjawab: “we want to do Gorilla business”. Celaka… inilah titik awal perampokan besar-besaran yang dilakukan oleh Jakarta terhadap Riau. Amerika tidak bisa disalahkan karena bagi Amerika via perusahaan CALTEX ini adalah murni bisnis mengikut selera oknum tuan rumah. Amerika pun mulai menyusun Master List Budget Gorilla business nya Jakarta. Semua biaya operational DIBENGKAKKAN MAKSIMAL. Material Pipa, dan lainnya yang ditanam ke dalam perut bumi dilipat gandakan berkali kali dari yang sebenarnya. Toh siapa yang sanggup mencari tahu? Barang itu dalam perut bumi. Ketika tiba saatnya minyak menyembur dengan amat sangat kencang dari perut bumi Riau maka minyak itu belum bisa dinikmati masyarakat Indonesia karena diangkut dulu ke kapal tanker Amerika sebagai pengembalian biaya operational tadi. Pengambilan minyak Riau yang merupakan minyak terbaik di dunia pun dilakukan secara tertutup dan sangat kuat dugaan minyak yang diambil sangat berlebihan. Para pejabat Jakarta yang terlibat dalam menandatangani perpindahan minyak dari perut Riau ke kapal tanker Amerika diduga kuat mandi uang suap. Kenapa begitu? Karena ketika dilakukan perayaan minyak keluar yang bagian Indonesia (Presiden melakukan gunting pita), minyak sudah sangat lemah semburannya. Lantas dilakukan overhaul pipa yang sudah menyempit. Budget disusun lagi, bengkakkan lagi, bayar berlebihan lagi. Begitulah berulang-berulang yang terjadi atas minyak no 1 di dunia (SLC Sumateran Light Crude) yang ada di perut Riau. Apakah ini akan dibiarkan terus berlangsung???
Narasumber : Tengku Meiko Sofyan Keturunan ke IV Panglimo Itam Muhammad Yasin Kerajaan Siak Sri Indrapura.