Gedung Training Centre SBSI. (humas)

Jakarta – Gedung Training Center (TC) yang dulunya merupakan kebanggaan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) sebagai pusat pelatihan dan pengkaderan organisasi di Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten kini tampak suram dengan kayu-kayu yang telah keropos dan hancur.

Dihalaman sekitar gedung tersebut, tampak tumbuh rumput liar kira-kira setinggi 2 meter serta semak belukar. Jalan yang dulunya katanya aspal beton saat ini sudah raib ditutupi tanah dan rumput kecil.

“Saya sangat sedih melihatnya, gedung yang dulu saya bangun dengan susah payah dengan istri itu kini ditinggalkan dan tak berpenghuni,” kata Prof. DR. Muchtar Pakpahan, SH. MA

Saat mulai memasuki gedung, aroma tak sedap mulai tercium, tumpukan peralatan seperti kursi, meja tampak disusun dibagian pinggir tempat yang dulunya ruang pertemuan dan ruang makan yang posisinya berada di sebelah kiri dan kanan pintu masuk.

Baca Juga: http://sbsinews.com/mewujudkan-kesejahteraan-antara-buruh-pengusaha-dan-penguasa/

Disalah satu sudut tampak tumpukan peralatan makan dan dua mesin fotokopi yang sudah mulai berkaran ditumpuk bersamaan. Diruangan lain, yang dulunya dapur tampak mesin cuci bekas, dispenser dan kulkas bekas yang sudah kusam.

Bagian toilet tampak pintu-pintu yang sudah rusak dan kerepos. Bagian dalam toilet tersebut sudah tak ada air dengan aroma yang sangat menyengat. Sementara itu dibagian atas sejumlah lotengnya sudah sangat memprihatinkan karena sampir setenganya hancur.

“Untuk saat ini saya instruksikan kepada Koordinator Wilayah (Korwil) SBSI Banten untuk mengelola dan menghidupkan gedung ini secara bersama-sama. Kita rawat dulu, supaya bangunan ini bentuk gedung kembali,” kata prof Muchtar menjelaskan.

Lebih lanjut, dikatakan pria yang akrab disapa MP itu bahwa gedung tersebut memiliki luas 2.736 meter bujur sangkar. Arsitek gedung tersebut dikerjakan langsung oleh utusan serikat buruh dari Amerika bernama John Force bersama satu artistek dari Indonesia.

“Katanya waktu itu, selain kayu, gedung ini diperkirakan sangat tahankarena saat pembuatan sengaja untuk jangka panjang, jadi tidak akan roboh kalau tidak dirobohkan,” ungkapnya.

Beranjak kelantai dua hingga ke lantai empat yang isinya adalah kamar-kamar tampak ranjang bertingkat yang tak lagi memiliki kasur. Televisi yang kata sejumlah pihak dulunya ada disetiap kamar kini sudah hampir tak bersisa.

Menurut pantauan SBSINews, selain ranjang tidur yang terbuat dari kayu tersebut tak ada bagian lain yang bisa dipergunakan. Lemaripun seakan telah seperti kapal pecah.

“Kalau mereka merasa memiliki, tidak mungkin ini dibiarkan terbengkalai seperti ini. Sudah seperti rumah hantu saja. Kita harus perbaiki ini secara bersama-sama,” papar MP.

Ditulis oleh: Humas SBSI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here