Sebanyak tujuh Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) penyidikan dari unsur internal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menangani kasus-kasus besar tersingkir imbas tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK) alih status menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Mereka termasuk dalam 75 pegawai yang dinyatakan tak berwawasan kebangsaan. Nasib mereka terombang-ambing menyusul keputusan terbaru yang menyatakan 51 pegawai di antaranya sudah tidak bisa lagi bergabung dengan KPK.
Sedangkan 24 lainnya masih diberi kesempatan untuk menjadi ASN dengan terlebih dahulu dibina.
Sampai saat ini pimpinan lembaga antirasuah masih belum memberikan informasi perihal puluhan nama tersebut. Ketua KPK Firli Bahuri menyebut 24 pegawai itu akan mengikuti pelatihan bela negara.
“Jadi 50 persen Kasatgas penyidikan enggak lulus,” kata Benydictus Siumlala Martin, Fungsional Direktorat Pembinaan dan Peran Serta Masyarakat.
Beny juga tak lulus TWK alih status ASN. Ia masih menunggu hasil tes yang sampai saat ini belum dibuka pimpinan KPK. Beny menganggap TWK ini akal-akalan Ketua KPK Firli Bahuri menyingkirkan pegawai yang tengah menangani perkara-perkara besar.
“Kasatgas-kasatgas ini adalah orang-orang yang selama ini memegang kasus-kasus besar. Seperti Simulator SIM, rekening gendut, bansos, benur, dan lain-lain,” ujarnya.
Selain itu, kata Beny, TWK ini juga menyasar pegawai yang kritis terhadap setiap kebijakan pimpinan KPK maupun pemerintah terkait lembaga antirasuah.
“Kalau masyarakat melihat dan mengatakan bahwa ‘ya sudahlah kalau enggak lulus TWK, banyak kok CPNS yang enggak lulus dan enggak kayak kalian’. Masyarakat juga harus melihat bahwa TWK yang kami alami itu sama sekali berbeda dengan TWK yang umum,” katanya.
“Jadi, memang saya pribadi menilai enggak salah kalau kami menilai ini memang sudah setting-an, namanya (yang akan disingkirkan) sudah ada. Tinggal caranya apa, akhirnya mereka nemulah, caranya pakai TWK,” ujar Beny.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dan pernyataan sejumlah pegawai KPK, nama-nama Kasatgas itu yang beberapa kali memimpin operasi tangkap tangan seperti Novel Baswedan dan Ambarita Damanik.
Berikut tujuh Kasatgas Penindakan KPK yang dinonaktifkan sejak awal Mei lalu.
1. Novel Baswedan
Selama bekerja di KPK, Novel termasuk salah satu penyidik yang memiliki pengalaman menangani kasus-kasus besar. Teranyar, ia mengurus kasus dugaan korupsi penetapan izin ekspor benih lobster (benur) yang menyeret mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.
Di kasus ini, satu terdakwa yaitu Direktur PT Dua Putera Perkasa Pratama (DPPP) Suharjito dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana korupsi.
Sedangkan enam terdakwa lainnya termasuk Edhy masih menjalani persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Pusat.
Sepak terjang Novel mengusut kasus korupsi membuat ia menjadi sasaran serangan balik koruptor dan pihak berkepentingan lainnya. Kedua matanya pun kini rusak usai disiram air keras. Diduga hal itu terjadi berkaitan dengan penanganan salah satu kasus megakorupsi.
Ia mengungkapkan sudah teramat sering menerima serangan, ancaman ataupun teror terkait dengan pekerjaannya.
“Serangan berkali-kali, bukan hanya air keras saja, tapi saya sudah pernah ditabrak setidak-tidaknya dua kali, saya pernah ‘dikuntit’, terus diancam dibunuh,” ujar Novel beberapa waktu lalu.
Selama di KPK, Novel diketahui pernah mengusut kasus korupsi yang melibatkan Bupati Buol Amran Batalipu, kasus pengadaan KTP-elektronik (e-KTP), kasus eks Sekretaris Mahkamah Agung (MA) Nurhadi Abdurrachman, dan lain sebagainya.
“Saya pernah ada satu kasus yang terkait dengan orang yang selama ini disebut mafialah. Itu ancamannya ancaman pembunuhan. Kemudian saya diancam dikriminalisasi dan itu terkait dengan salah seorang petinggi Polri,” katanya.
2. Ambarita Damanik
Ambarita Damanik yang beberapa kali muncul di media bersamaan dengan Novel Baswedan juga termasuk yang sering memegang kasus besar. Bersama Novel, ia turut menangani kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP dan izin ekspor benur.
Ia ambil bagian ke dalam tim yang menangkap Edhy Prabowo dan mantan Ketua DPR Setya Novanto.
Damanik, yang sempat terpilih menjadi perwira di Satgas Antibom–cikal bakal Densus 88–ini juga pernah menangani kasus korupsi kakap lainnya seperti Bank Century dan kasus taipan Samin Tan.
3. Budi Agung Nugroho
Nama ini merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1999 dan bergabung dengan KPK pada 2007. Budi Agung, merupakan Kasatgas dalam penyidikan kasus rekening gendut yang menyeret Budi Gunawan sebagai tersangka.
Terungkapnya kasus ini diketahui sempat membuat heboh publik lantaran saat itu Budi Gunawan tengah dicalonkan menjadi Kapolri. Namun, kasus terhenti setelah Budi Gunawan memenangkan praperadilan atas KPK.
Tak hanya itu, Budi Agung juga terlibat ke dalam tim yang mengusut kasus suap reklamasi Teluk Jakarta tahun 2016.
Ia juga pernah menangani kasus korupsi terkait dengan perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Kementerian ESDM tahun 2013 yang menyeret eks Ketua Komisi VII DPR Sutan Bhatoegana.
Baca juga:Firli Serukan Perang Badar Korupsi, Tolak Pengaruh Kekuasaan
4. Andre Dedy Nainggolan
Nama ini belakangan menjadi perbincangan hangat publik karena turut dinonaktifkan Firli Bahuri Cs. Nenggo, sapaan akrabnya, merupakan Kasatgas yang memimpin penanganan kasus dugaan korupsi bantuan sosial (bansos) Covid-19 yang menyeret mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara.
Namun, kini ia tak bisa lagi melanjutkan pengusutan kasus dugaan korupsi tersebut karena terpaksa harus menyerahkan tugas dan tanggung jawab ke atasan lantaran disebut tak lolos TWK.
Perkara ini masih terus bergulir di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat. KPK mengumumkan tengah membuka penyelidikan baru terkait kasus ini. Ketua Komisi III DPR, Herman Hery, telah dimintai keterangan pada Jumat, 30 April 2021.
Nenggo juga pernah menjadi penyidik yang menangani kasus korupsi terkait simulator SIM yang menjerat eks Kakorlantas Djoko Susilo. Ia menyatakan tensi antara KPK dan Polri menjadi tinggi karena pengungkapan kasus ini. Seiring waktu berjalan setelah peristiwa itu, ia melepas seragam Polri dan masuk menjadi pegawai tetap di KPK. Keputusannya itu mendapat dukungan dari keluarga.
5. Budi Sukmo
Salah satu kasus besar yang ditangani oleh Budi Sukmo adalah kasus dugaan korupsi Heli AgustaWestland (AW) 101. KPK mengendus dugaan tindak pidana korupsi tersebut pada periode Mei 2017.
Bekerja sama dengan Pusat Polisi Militer (Puspom) TNI, KPK menetapkan total empat pejabat dari unsur militer sebagai tersangka.
Mereka ialah Wakil Gubernur Akademi Angkatan Udara Marsekal Pertama Fachri Adamy dalam kapasitas sebagai pejabat pembuat komitmen atau Kepala Staf Pengadaan TNI AU 2016-2017; Letnan Kolonel TNI AU (Adm) berinisial WW selaku Pejabat Pemegang Kas; Letnan Dua berinisial SS selaku staf Pekas; dan Kolonel FTS selaku Kepala Unit Layanan Pengadaan.
Empat tersangka ini kemudian diproses oleh Puspom TNI. Ia juga termasuk ke dalam tim yang menangani kasus rekening gendut Budi Gunawan.
6. Rizka Anung Nata
Perkara baru-baru ini yang ditangani oleh Rizka adalah kasus dugaan suap yang melibatkan penyidik AKP Stepanus Robin Pattuju dan Wali Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara, M. Syahrial.
Sebelumnya, ia tercatat juga memegang kasus korupsi terkait pengaturan sejumlah perkara di lingkungan peradilan yang menjerat Nurhadi Abdurrachman dan kasus korupsi ekspor benur.
7. Afief Julian Miftah
Afief merupakan Kasatgas yang menangani kasus dugaan suap pajak di Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) Kementerian Keuangan.
Kasus ini menyeret mantan Direktur Pemeriksaan dan Penagihan Ditjen Pajak, Angin Prayitno Aji.
Angin, bersama Kepala Subdirektorat Kerja Sama dan Dukungan Pemeriksaan pada Ditjen Pajak, Dadan Ramdani, diduga menerima suap dari para konsultan pajak yang mewakili sejumlah perusahaan.
Salah satu perusahaan yang terlibat adalah PT Jhonlin Baratama yang merupakan anak usaha Jhonlin Group milik Samsudin Andi Arsyad alias Haji Isam.
Afief juga masuk ke dalam tim yang mengusut kasus korupsi yang melibatkan mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar.
Selama bekerja di KPK, Afief pernah menerima teror atas pekerjaan yang ia lakukan. Rumahnya pernah diteror dengan benda mencurigakan yang dugaan awalnya sebuah bom. Selain itu, ban mobil miliknya pernah ditusuk dengan benda tajam oleh orang tak dikenal.
Tak hanya itu, mobil Afief juga pernah disiram air keras.
Rangkaian peristiwa tersebut terjadi tak lama setelah pengungkapan kasus rekening gendut jenderal Polri.
SUMBER : CNNINDONESIA.COM