Di infection centre siang tadi saya ketemu seorang teman, seorang senior. Ibunya jadi salah satu yang berpulang hari ini karena covid. Mendung begitu berat di wajahnya. Ada kehilangan yang terlihat tebal di sana walau beliau mengatakan telah mengikhlaskan. Terlalu banyak duka cita hari ini katanya. Di timeline lalu lalang obituari. Dia tidak berani terlalu lama membukanya, bikin stress berat.
Kami yang bertugas di garis depan juga full of stress. Tadi malam di UGD, baru 5 menit jaga, sudah ada pasien perburukan, meninggal. Setelahnya ada pasien baru masuk, sesak saturasi 60%, dipasang oksigen 15 lpm dengan masker NRM, cuma naik 83%. Tidak sampai 2 jam, perburukan, gagal nafas. Ada juga yang datang pagi, masih muda dikisaran 40 tahun , sesak, saturasi 75%, dipasang oksigen dengan modalitas maksimal yang bisa di UGD, naik 82%. Duuh. Dan sayangnya kapasitas ICU Covid kita sangat terbatas. Menunggu ada bed kosong di ICU Covid sering bagi saya terasa ngeri, menunggu ada yang berpulang dulu.
Makanya di awal saat menerima pasien, dengan prediksi sangat tidak bagus. Kami kadang dengan jelas sekali menyampaikan ke keluarga tentang kemungkinan paling buruk. Kematian bisa saja terjadi setiap saat walau kami sudah berusaha sekuat tenaga, hal yang sangat tidak diinginkan. Kami nitip Keluarga agar jangan jauh-jauh, supaya mudah dihubungi. Pada yang mengerti, mereka sudah segera bersiap mengumpulkan seluruh keluarga bahkan sudah menyiapkan tempat pemakaman jika akhirnya keluarga mereka berpulang.
Jadi para sahabat semuanya, jaga kesehatan, perkuat ikhtiar agar terhindar dari penyakit ini. Vaksinasi, patuhi protokol covid, pake masker, cuci tangan tidak usah datang ke kerumunan orang dulu, kita tidak pernah tahu virus ini datang darimana. Jika kita bukan kita yang sakit jangan sampai kita tularkan pada orang terkasih kita di rumah yang rentan. Perbanyak doa, termasuk doa agar kita tidak perlu berjumpa di ruang isolasi covid atau ICU covid. Amin.
(IGD RSWS, 30-7-21)