Hari ini, tepat 20 tahun lalu Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur resmi dilengserkan melalui sidang Umum MPR.
.
Namun meski belum secara resmi dilengserkan MPR, sehari sebelumnya, nuansa bakal tak lagi jadi orang nomor satu di Republik Indonesia mulai dirasakan orang-orang terdekat Gus Dur, terutama keluarganya.
.
Salah satu putri Gus Dur, Anita Hayatunnufus Wahid mengatakan para petugas Rumah Tangga Kepresidenan mulai memisahkan barang-barang pribadi keluarganya dan barang inventaris milik istana.
.
Bagi Anita, pemandangan itu tampak janggal. Sebab, kala itu Gus Dur belum benar-benar secara resmi akan meninggalkan Istana alias masih menyandang status sebagai Presiden.
.
Suasana mencekam diakui putri Gus Dur yang lain, Alissa Qotrunnada Wahid. Anak sulung Gus Dur itu mengatakan, sang ayah saat itu meminta agar ibu mereka, Sinta Nuriyah diungsikan sementara ke kediaman pribadi di Ciganjur, Jakarta Selatan karena situasi genting.
.
“Dulu di istana, saya disuruh Gus Dur membawa Ibu & adik-adik pulang ke Ciganjur. “Keadaan sudah bahaya, biar Bapak hadapi sendiri saja di istana.” Karena ingat nasib Bung Karno, saya melawan. Eyel-eyelan. Apapun yang terjadi, kalaupun Bapak ditangkap, kami akan ikut. He wouldnt be alone,” kata Alissa
.
“Info moncong panser sudah mengarah ke istana, sudah saya dengar. Kata Gus Dur, beliau nggak bisa tenang kalau kami tetap ada di istana, apalagi cucu pertama, bayi saya, baru berumur 40 hari. Tapi kisah Bung Karno menghantui saya. Makanya saya ngeyel nangis tidak mau pergi,” imbuh Alissa
.
Saya terus membayangkan Bung Karno sendirian, keluarganya sulit menjenguk, tidak terawat dengan baik. Saya tidak ingin itu terjadi pada Gus Dur. Kalaupun beliau kalah secara politik & harus diasingkan, kami harus tetap bersama beliau. Kami siap. That’s it. That’s all,” kata Alissa
.
“Alhamdulillah tak terjadi. Rakyat membanjiri istana, bertekad lindungi Gus Dur. Lalu Beliau umumkan akan keluar dari istana. Besoknya, ribuan rakyat menjemput & mengawal Beliau keluar lewat gerbang depan istana, menuju panggung rakyat di Monas. Kalah politik, tetap bermartabat,” pungkasnya
.
Redaksi SBSINEWS
24 Juli 2021