Kisah ini dimulai pada suatu senja sekitar jam 18.30 saat itu di rumah Sukarno yang baru saja ia tempati di Jalan Pegangsaan, datanglah Gatot Mangkupradja yang membawa kabar bahwa Sjahrir akan melakukan politik penolakan terhadap Jepang dan lebih memilih berjuang secara illegal.

“Kabarnya ia sudah punya tempat di Cipanas sebagai pusat kegiatannya, tapi saya tak tahu pasti apakah itu benar” kata Gatot di depan Bung Karno.

“Lalu bagaimana dengan Hatta?”

“Inilah Bung yang saya khawatirkan. Andai Hatta ikut nanti kelompok Ilegal, dan kalau mereka kalah atau ditangkap kempetai, kita akan kehilangan banyak pemimpin. Amir sudah bangun kelompoknya sendiri di Surabaya dia nggak bakal mau muncul ikut-ikutan Dai Nippon”

“Ya aku paham maksud kau Gatot. Aku paham kita memang terpaksa harus kerjasama dengan Dai Nippon. Itu sebuah keterpaksaan, karena aku tak mau rakyat kehilangan pemimpinnya dan kemudian Nippon mengangkat pemimpin boneka yang akan menyulitkan banyak orang nantinya”.

“Gatot makanlah dulu, nanti habis sholat Isya aku coba ke rumah Hatta” kata Sukarno.

Saat Gatot makan malam, Sukarno shalat Isya. Dalam sholat itu Sukarno berdoa dalam-dalam agar kepemimpinan negeri ini bisa terjaga.

Jam sembilan malam, Sukarno dengan masuk ke dalam mobil Studebaker-nya yang disetiri Arif.

“Rif, kita ke rumah Hatta di Oranje Boulevard”.

Mobil itupun berjalan ke arah rumah Hatta di Oranje Boulevard (sekarang Jl. Diponegoro, Menteng). Saat itu Hatta sedang membaca buku di ruang perpustakaannya yang rapih. Tahu ada mobil memasuki halamannya, Hatta keluar teras. Tak berapa lama Sukarno keluar dari mobil.

“Oh, No…masuk-masuk….” seru Hatta menyambut Sukarno.

Hatta membawa Sukarno ke ruang tamunya.

“Sedang apa kau Hatta?” tanya Sukarno kepada Hatta.

“Aku lagi baca buku. Wah ini gara-gara Sjahrir bawa anak asuhnya, tiga peti buku-ku terpaksa aku tinggalkan di Banda” kata Hatta seraya menyesali bukunya yang tertinggal.

“Oh, begitu hahah…Sjahrir…Sjahrir”, Sukarno tertawa keras.

Tak lama kemudian muncul asisten Hatta menyajikan minuman. Setelah selesai asisten itu menyiapkan minuman Sukarno berdehem.

“Hatta….”

“Ya” jawab Hatta menyambut panggilan lirih Sukarno.

“Aku dengar Sjahrir akan melakukan gerakan bawah tanah?”

“Ya, dua hari yang lalu ia bilang begitu, ada bungalow bibinya di Cipanas yang akan jadi pusat gerakannya”

“Bagaimana dengan kau sendiri?” tanya Sukarno lagi.

“Aku belum bisa memutuskan, No….”

“Begini Hatta, aku tahu kau dan aku bukanlah jenis sahabat yang cocok. Kau berbeda total dengan aku dari sisi apapun. Tapi kita dihadapkan pada situasi amat genting. Pertaruhan terbesarnya adalah bila kita tidak muncul, Jepang akan mempersiapkan pemimpin-pemimpin boneka yang hanya semata-mata mencari keuntungan kekuasaan dan materi. Ya…aku akui memang aku bertaruh saat ini, tapi bagaimanapun Dai Nippon adalah realitas”

“Bagaimana menurutmu bila kita tampil ke muka?” kata Hatta lagi sambil menerawang wajah Sukarno.

“Kita menjawab tanggung jawab terhadap negeri ini. Dan memang dunia ini aneh Hatta….aneh, kau yang dulu terus menerus menyerangku tapi anehnya aku hanya percaya sama kau untuk memimpin negeri ini”.

Seperti yang diketahui sebelumnya pada tahun 1932 Hatta menulis tentang kisah Sukarno yang meratap-ratap minta ampun pada Pemerintah Hindia Belanda, dan sejak saat itu Hatta juga banyak mengritik Sukarno. Tapi Hatta juga yang kemudian berusaha menyelamatkan keberadaan Partai Sukarno saat Sukarno dibawa ke penjara oleh Pemerintahan Hindia Belanda.

Hatta diam, ia berpikir dalam-dalam. Hatta tak suka pada Jepang, tapi rasa tak suka ini mau tak mau harus disingkirkan, sebab bila Sukarno ditinggal sendirian, Sukarno malah bisa menjadi makanan sekutu nantinya apabila Jepang kalah. Dan apabila Jepan…
[24:22, 2/5/2021] Bang andi para: Gus Baha dan Gus Awis

2 Ulama Muda Kebanggaan Indonesia dalam bidang Tafsir, Saat Ini dan Masa Mendatang.

Beliau adalah Al-Fadhil KH. Bahauddin Nur Salim & Ad-Duktur KH. Muhammad Afifuddin Dimyathy al-Indunisy

Berkat 2 kiyai muda ini, Indonesia berhak untuk berbangga dan bersyukur, jarang orang tahu prestasi dan karya2 ke-2 orang ini banyak dilirik oleh Dunia Internasional.

KH. Bahauddin atau akrab disebut Gus Baha, beliau adalah ulama jebolan pesantren yang tidak pernah mengenyam pendidikannya di bangku sekolah dan kuliah, berangkat dari latar belakang keluarga pesantren, Gus Baha banyak mengemban dan menuntut ilmu pada ayahnya juga pesantren2 nusantara salah satunya adalah pesantren al-Anwar Sarang, Rembang asuhan Almarhum Al-Hafidz KH. Maemun Zubair. Ayah beliau pernah dididik oleh para Ahlul Qur’an yaitu KH. Arwani Al-Hafidz Kudus dan KH. Abdullah Sallam Al-Hafidz pati.

Berkat ketekunan, kecerdasan dan keikhlasan guru2 yg mendidiknya kini Gus Baha di akui sebagai ulama muda & banyak mengemban amanat di berbagai lembaga, menjadi tim ahli di forum2 tertentu dan menjadi ulama yg mumpuni dalam bidang Tafsir, Fiqh dan Qira’ah, dan yang tak lepas dari itu, beliau tetap istiqomah mengajar santri2nya mengaji dan mengkaji ilmu di pesantren asuhan beliau setiap hari.

Ada komentar yg menunjukan bahwa beliau adalah Kiyai yg mumpuni dalam bidangnya, yaitu ungkapan Prof. Quraish Shihab yg juga salah satu Ahli Tafsir kebanggaan Indonesia, beliau katakan: “Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail al-Quran hingga detail-detail fikih yang tersirat dalam ayat-ayat al-Quran seperti Pak Baha.”

Salah satu karya beliau yg saat ini dilirik dan diburu para penuntut ilmu dalam bidang ilmu Al-Quran & Tafsir adalah :
– Al-Quran terjemah yang beliau jadi tim ahli dan dicetak Oleh UII (bisa dipesan di @bukusuhuf)
– Hifdzuna li Hadza Almushaf fii bayani rosmi utsmani

Adduktur KH. Afifuddin Dimyathi atau biasa disebut Gus Awis, masih jarang orang mengenal beliau namun karya2 nya sudah banyak di buru dan diminati di kalangan penuntut Ilmu baik dlm negeri maupun Iuar negeri salah satu karya2 nya adalah:
– Jam’ul ‘Abiir fi kutubi Attafsir
– Asyaamil fii Balagh

dikutip oleh
~ Andi Naja FP Paraga ~

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here