Sikap tangggap dan kerja cepat pemerintah mengatasi bencana alam pada waku yang besamaan di sejumlah tempat dan daerah. Mulai dari banjir dan tanah longsor di Sumedang Jawa Barat, Jember Jawa Timur, Banjir Kalimantan Selatan, gempa di Majene dan Mamuju Sulawesi Barat serta tanah longsor di Menado dan angin puting beliung serta air pasang di Jambi merupakan keprihatinan kita bersama. Sebab tak sedikit jumlah saudara kita telah menjadi korban, baik harta maupun nyawa. Karena itu kesigapan dan gerak cepat pemerintah dengan segenap instansi yang bertanggung jawab untuk mengatasinya patut mendapat apresiasi serta penghargaan.
Bantuan tulus Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan instansi lain yang bertugas untuk mengatasi bencana beruntun ini sungguh berat. Namun gerakan para relawan dan kesadaran warga masyarakat, bisa membuat dera dan derita saudara kita itu bisa teratasi, setidaknya dapat diringankan.
Agaknya, pada situasi dan kondusi serupa inilah kepedulian sosial serta rasa kebersamaan dan solidaritas dapat diwujudkan dalam bentuk tolong-menolong serta bergotong- royong seperti dalam budaya warisan leluhur kita sudah teruji. Tapi apakah masih dapat diandalkan sebagai bagian dari budaya yang tangguh dan masih tetap terjaga ?
Sikap bijak kita saat menghadapi bencana yang beruntun ini pun pasti akan sangat menentukan hasil maksimal yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menghadapi musibah yang tak bisa delakkan.
Sebab bencana alam yang terjadi sunggguh berada di luar jangkauan dari kemampuan manusia.
Oleh karena itu kerja keras Kementerian Sosial bersama BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) perlu dibantu oleh TNI kareba memang Tentara Nasional cukup terlatih menghadapi medan berat dan sulit dalam bentuk serta ragam macam rintangannya.
Saat menghadapi musibah seperti bencana alam yang beruntun ini, mungkin saja dapat dijadikan momen untuk kembali menata ikatan dari rasa kebersamaan, kerukunan serta tata kebangsan kita dalam satu bingkai nasionalisme ke Indonesiaan kita yang terkesan telah memudar.
Oleh karena itu, gerakan tolong menolong dan solidaritas yang terbalut dalam budaya gotong royong perlu digerakkan agar dari bencana ini pun kita tetap memperoleh hikmah serta manfaatnya. Sebab rasa persaudaraan kita, rasa kepedulian kita dan rasa kebersamaan kita dalam berbangsa dan bernegara pun perlu kembali disegarkan dengan tulus dan ikhlas dengan cara membantu saudara kita yang tengah dilanda musibah. Bentuk bantuannya bisa diwujudkan dalam rupa apa saja dan berapa saha nilai serta besarannya. Termaduk do’a. Sebab hanya dengan begitu beban dari saudara kita yang sedang terkena musibah bencana itu dapat menjadi ringan. Kecuali itu pekerjaan berat pemerintah pun — yang paling bertanggung jawab — dapat berkuran juga. Sebab beban berat itu juga termasuk pandemi Covid-19. Jadi jelas sekali beban berat itu harus kita hadapi bersama. Karena sungguh tidak bijak bila tetap membiarkan pemerintah menghadapi bencana pandemi dan bencana alam yang mags berat ini sendiri.
Penulis : Jacob Ereste