Perjuangan untuk Pengurangan Jam Kerja

Asal muasal dari peringatan Hari Buruh Sedunia atau lebih dikenal dengan sebutan May Day, tidak bisa dipungkiri erat kaitannya dengan sejarah awal mula perjuangan kaum buruh untuk mengurangi jam kerja yang didapatkannya  sesuatu hal yang menjadi salah satu pokok masalah dalam agenda perjuangan politik kaum buruh dan kelas pekerja selama ini.

Perjuangan menuntut jam kerja ini sudah lama terjadi dan berlangsung mengakar jauh dalam sejarah, semenjak sistem industrialisasi digalakkan dan lahirlah kaum buruh di Amerika.
Walaupun kenaikan upah merupakan tuntutan yang paling sering disuarakan dalam masa-masa awal munculnya pemogokan buruh di Amerika, tuntutan pengurangan jam kerja serta hak berorganisasi tetap menjadi salah satu bagian isu pokok pekerja dalam tuntutan yang diajukan kepada pemilik industri/pabrik dan pemerintah.

Ketika perlakuan eksploitasi berlebih yang diderita oleh buruh di pabrik semakin membuat buruh merasa ditekan dan tidak diperlakukan selayaknya manusia, oleh jam kerja yang begitu panjang maka, keingginan dan suara untuk menuntut pengurangan jam kerjapun mulai muncul dengan lebih keras.

Sebagai gambaran pada awal abad ke 19 para kaum pekerja dan buruh di Amerika sudah mengeluhkan akan jam kerja yang sangat panjang dengan pameo “bekerja keras mulai dari matahari terbit sampai dengan matahari tengelam” (bayangkan jika matahari itu terbit pada saat musim semi -pentj.) berlaku setiap hari kerja. 14 (empat belas), 16 (enam belas), bahkan 18 (delapan belas) jam kerja dalam sehari sudah merupakan hal yang biasa terjadi pada saat itu.

Pada sebuah peristiwa pengadilan terhadap pimpinan pemogokan dari pekerja pabrik pembuatan sepatu yang dikenai tuntutan berkonspirasi pada tahun 1806, terungkap bahwa para pekerja dan buruh pabrik itu telah diharuskan dan dipekerjakan selama 19 (Sembilan belas) sampai 20 (dua puluh) jam perhari.
Pada kelanjutannya selama kurun waktu tahun 1820 –1830 setelah tahun-tahun peristiwa tersebut berlalu, aksi pemogokan buruh selalu diwarnai dengan tuntutan untuk pengurangan jam kerja, dan menuntut untuk pembatasan 10 jam kerja terjadi di berbagai pusat perindustrian.

Organisasi buruh yang kemudian menjadi serikat pekerja/buruh pertama di dunia, yaitu Serikat Kerja Mechanik dari Philadelphia (Mechanic’s Union of Philadelphia), yang didirikan dua tahun lebih dahulu daripada serikat pekerja serupa yang baru didirikan oleh para pekerja di Inggris dikemudian hari. Serikat Kerja Mekanik mengawali pemogokan dengan tuntutan pengurangan jam kerja, dengan melakukan pemogokan bersama para pekerja Serikat Kontruksi pada tahun 1827 di Philadelphia, untuk menuntut pengurangan jam kerja menjadi 10 jam perhari.

Selain itu, selama pemogokan yang dilakukan para pekerja pembuat roti di New York pada tahun 1834, menurut pemberitaan yang dikeluarkan oleh surat kabar Workingmen’s Advocate tersebut mengungkapkan fakta bahwa “para majikan di industri pembuatan roti telah memperkerjakan para buruh dan pekerjanya melebihi kondisi perbudakan di Mesir kuno dan telah berlangsung selama bertahun-tahun. Para buruh tersebut harus bekerja selama rata-rata 18 sampai 20 jam dalam 24 jam perharinya”

Tuntutan 10 jam kerja yang semula bersifat lokal tersebut berkembang menjadi sebuah gerakan, yang walau terkendala dengan adanya krisis yang melanda pada tahun 1837, membuat pemerintahan Federal di bawah Presiden Van Buren mengeluarkan sebuah dekrit yang mengatur pembatasan jam kerja semua pekerja pada proyek milik pemerintahan untuk bekerja selama 10 jam saja perhari.

Dan pergerakan untuk menuntut berlakunya pembatasan 10 jam kerja secara menyeluruh di seluruh negeri terus berlanjut selama beberapa dekade selanjutnya. Pada perkembangan selanjutnya pergerakan ini merambah kebeberapa sektor industri, kemudian tuntutan untuk mengurangi jam kerja menjadi 8 jam pun muncul.

Demam pengorganisasian buruh pada serikat pekerja pada kisaran tahun 1850, memberikan tambah dukungan pada tahun baru tersebut, tetapi usah itu terhalang oleh konsisi krisis yang terjadi pada 1857.

walaupun demikian tuntutan tersebut berhasil dimenangkan oleh beberapa serikat pekerja eksploitasi dan sistem pekerja kapitalisme yang baru mulai berkembang. hal ini bisa dirunut pada slogan tuntutan untuk pengurangan jam kerja menjadi 8 jam ternyata juga muncul ditempat yang cukup jauh, yaitu di Australia, “8 jam kerja 8 jam rekreasi dan 8 jam istirahat”yang berhasil dicapai pada tahun 1856 di Australia.

bersambung……

penulis : Arsula Gulton

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here