SBBSINews – Lembaga PBB UN-FAO berkomitmen mendukung Pemerintah Indonesia mengedepankan pengelolaan Sumber Daya Ikan (SDI) secara berkelanjutan. Pilihan ini dianggap relevan visi Pemerintah RI yang juga sedang gigih dalam menjaga sumber daya kelautan dan perikanan nasional untuk kesejahteraan bersama.
“Salah satu strategi yang didukung UN-FAO tersebut adalah mendorong proses pendataan sumber daya ikan demi kualitas perencanaan pemanfaatan sumber daya ikan yang justified dan akuntabel,” kata Dr Muhammad Lukman, National Project Officer, ISLME-FAO, (14/01/2020)
Menurut Lukman, strategi itu dijalankan dengan mempromosikan pencatatan logbook di beberapa lokasi strategis seperti pangkalan pendaratan ikan dan area operasi kapal ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP).
“Program e-logbook, sebelumnya dengan logbook kertas diamanatkan oleh UU 45/2009 tentang Perikanan yang bertujuan untuk mendapatkan data tangkapan yang akurat, terkini dan obyektif. Jadi ini memang perlu dan sangat pantas didorong,” imbuh Lukman.
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga telah menggiatkan implementasi program ini berdasarkan standar operasional prosedur yang telah disusun sebelumnya.
Lukman menyadari bahwa pelaksanaan program e-logbook akan sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusia pengguna logbook yaitu nakhoda dan nelayan.
“FAO melalui ISLME menyadari itu sehingga salah satu yang menjadi bagian program kami saat ini adalah menyebarluaskan semangat dan kapasitas para pemangku kepentingan usaha perikanan,” kata Dr Lukman.
Apa yang disampaikan Dr Lukman ditanggapi positif oleh Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW), Moh Abdi Suhufan yang menurutnya kolaborasi lintas insititusi untuk praktik perikanan bertanggungjawab perlu terus digalakkan.
“Kami anggap ini sangat positif bahwa dalam upaya memperluas jangkauan dan kapasitas penggunaan e-logbook, DJ-PT KKP telah bekerjasama DFW-Indonesia atas dukungan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Food and Agriculture Organization FAO dengan mengimplementasikan program Enabling Trans Boundary Cooperation for Sustainable Management of The Indonesian Seas atau ISLME,” papar Abdi kepada NMN.
Salah satu kegiatan dari program ISLME tersebut menurut Abdi adalah Implementation of Capture Fisheries Logbook for Coastal and Small Scale Fisheries. Kegiatan ini telah berhasil dilaksanakan selama rentang September-Desember 2019
Abdi menegaskan bahwa e-logbook sangat penting dalam mendukung upaya pengelolaan perikanan Indonesia, tidak ada alasan untuk tidak menerapkannya karena sangat penting bagi penentuan kebijakan atau evaluasi perizinan yang telah diberikan.
”Atas dasar itu, untuk memperluas jangkauan penggunaan e-logbook, DFW Indonesia bekerjasama dengan FAO telah melakukan sosialisasi dan pelatihan penggunaan e-logbook di 6 lokasi yaitu Indramayu, Cirebon, Lamongan, Probolinggo, Cilacap dan Pati,” ungkap Abdi.
Pemilihan lokasi tersebut untuk menyasar nelayan skala kecil dan karena pertimbangan masih rendahnya realisasi penggunaan e-logbook oleh nelayan dan pemilik kapal.
Sebelum melakukan pelatihan, DFW-Indonesia telah menyusun manual penggunaan e-logbook yang sederhana bagi nakhoda dan nelayan. Manual tersebut merupakan materi komunikasi dan informasi guna menjangkau kelompok nelayan dan nakhoda kapal.
Sementara itu, menurut Syahril Abdul Raup, Kasubdit Pemantauan dan Analissi Sumberdaya Ikan, KKP, berdasarkan evaluasi pelaksanaan logbook selama ini ditemukan beberapa kendala pelaporan pada log-book manual.
“Beberapa nelayan dan kapten kapal mengeluh menggunakan logbook manual karena bahan kertas yang mudah sobek, pengisian buku log manual yang dianggap merepotkan dan mengganggu kegiatan penangkapan ikan serta terjadinya kesenjangan data saat memasukkan ke dalam sistem di tengah-tengah laut,” kata Syahril.
Meski demikian, di satu sisi, tantangan dalam mengelola sumber daya ikan saat ini membutuhkan ketersediaan data logbook yang akurat dan terbaru. “Dukungan FAO ini telah berhasil meningkatkan jangkauan dan pengguna e-logbook secara total yang kini telah mencapai kurang lebih 7000 kapal,” pungkas Syahril. (Marintim news.id/ Cob)