Oleh: Jacob Ereste
SBSINews – Dua puluh ribu ton beras Bulog yang hendak dimusnahkan karena busuk itu sangat menohok hati petani miskin di kampung kami yang bersoal setiap hari hendak memasak apa, karena beras di rumahnya sejak kemarin sudah tak lagi ada.
Beras yang bisa ditanak kemarin itu pun sisa dari pembagian kami yang mengurangi jatah masak seperti biasanya setiap hari.
20 ribu ton sempat menarik diskusi kecil anak-anak yang belajar bersama di rumah kemarin malam. Mereka menghitung 20 ribu ton itu jika dihitung dengan kilogram jumlahnya berapa. Maka anak tetangga yang cerdas dari sebelah rumah lantas berinisiatif membuat perhitungan. Kata dia, satu ton itu sama jumlahnya 1.000 kilogram. Jadi 20 ribu ton kalikan saja 1.000 kilogram, maka bilangannya sama dengan 20.000.000 kilogram.
Artinya, dari dua puluh juta kilogram itu jika nau dibagikan kepada orang miskin seperti kita, bisa dimakan sehari habis oleh 80 juta orang.
Sebab menurut anak tetanggaku itu setiap orang itu sudah lebih dari cukup (kenyang) mengkonsumsi nasi dari seperempat kilogram beras. Jadi kalau 80 juta orang miskin itu semua bisa makan dengan kenyang sehari saja, maka warga bangsa Indonesia pada hari itu bisa terbebas dari kelaparan.
Masalahnya, mengapa beras sebanyak itu bisa busuk ?
Masing-masing anak yang belajar bersama di rumahku ini tidak berani membuat kajian secara politik. Sebab masalah politik — jangankan untuk anak-anak — lha untuk orang dewasa saja acap diharamkan, atau bahkan harus berurusan dengan aparat penegak hukum yang juga sering salah urus itu, seperti Kementerian Perdagangan yang ikut mengurus masalah teknis di lapangan.
Banten, 8 Desember 2019
Penulis adalah Ketua FBKN SBSI Bidang Penelitian dan Pengembangan serta Pelatihan