SBSINews – Tokoh Papua Barat, Willy Hegemur menawarkan solusi terkait penyelesaian konflik yang terjadi di Papua.
Pria kelahiran Fakfak itu mengungkapkan konflik Papua tidak bisa dicerna dengan menggunakan cara pandang yang selama ini digunakan negara.
“Mengapa pemerintah selalu gagal ketika hendak menyelesaikan permasalahan di Papua? Itu lebih disebabkan pada pendekatan masalah dan cara memahami masalah yang keliru,” ungkap aktivis Papua Barat itu saat ditemui awak media di Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Lanjut Willy, kesalahan pemerintah itu berpangkal pada keyakinan selama ini bahwa persoalan Papua seolah dapat dituntaskan melalui akselarasi infrastruktur.
Atas keyakinan itu, pemerintah lalu melakukan penggenjotan infrastruktur besar-besaran di Papua selama 1 dekade terakhir.
“Di sinilah letak kekeliruan itu. Pemerintah tidak sadar bahwa kondisi di Papua tidak sesederhana yang dibayangkan,” ujar dia.
Kekeliruan lainnya, kata dia, terdapat pada asumsi yang diyakini selama ini bahwa Papua dianalogikan seperti anak kecil sehingga cukup diberi “gula-gula” saja sudah diam.
“Ini yang ingin kita kritik ke pemerintah, jika asumsi itu yang terus dipakai, jangan salah jika kelak Papua tetap bergejolak dan tak menutup kemungkinan bisa melepaskan diri dari NKRI,” cetus Willy.
Selain itu, Willy juga tidak setuju dengan cara-cara dialogis ataupun represif yang ditempuh pemerintah dalam meredam konflik.
Dia justeru mengusulkan agar dilakukan perundingan.
“Sebab, hanya melalui perundingan titik kesepahaman antar kedua “faksi” (pro NKRI dan pro Papua merdeka) bisa membangun konsensus baru mengakhiri konflik berkepanjangan,” tukas dia.
Dia mengatakan, Papua membutuhkan pengakuan identitas sebagai “Negro Indonesia”, dimana negara harus akui segala keistimewaan yang melekat pada ras, bangsa, adat dan segala keunikan lainnya.
“Hanya melalui itu perseteruan panjang yang menelan korban ribuan jiwa, baik yang pro NKRI maupun pro Papua Merdeka dapat diakhiri,” tutupnya.
(detikindonesia.co/Hillary)