SELAMAT JALAN KAWAN TONI PANJAITAN. BERISTIRAHATLAN DALAM KEABADIAN
JAKARTA SBSINews – Pada akhirnya perpisahan jua yang menyampul pertemuan kita. Entah kapan, tapi kepastian itu akan datang juga.Lalu adakah masalah kita yang ditinggal atau yang meninggalkan ?Semua akan sangat bermakna ketika dulu kita saling mewarnai jiwa dengan lukisan yang indah. Saat kebersamaan kita itulah yang tak mungkin terlupakan itu. Dan kini semua telah dia bawa pergi seperti kita kelak akan membawa kenangan itu juga yang mungkin saja tak punya arti apa-apa bagi siapa. Termasuk kau yang pernah singgah di celah kekosongan hati yang kosong.Pernahkah kita renungkan hakikat dari pertemuan itu pada akhirnya harus berakhir dengan perpisahan yang mungkin tanpa pesan maupun kesan. Seperti saat perpisahan itu sendiri bergulir, tanpa pernah bisa dikira, kapan, dimana atau bahkan mengapa harus secepat itu ?Chairil Anwar pun sudah menggugat ke langit. “Aku ingin hidup seribu tahun lagi”. Selebihnya tentang sosok penyair hebat itu, tinggal sepenggal puisi yang terbaring di Karet Jakarta Selatan.Begitulah kita kelak. Mungkin terbujur tanpa batu nisan yang terukir. Sebab kita tak pernah berbuat apa – apa.Padahal sang penyair telah menggoreskan pesan. “Hidup sekali setelah itu mati” kata Chairil Anwar. ****Catatan kaki :
———————–
Agaknya, jika saat kebersamaan itu penuh kejujuran, ketulusan dan keikhlasan — seperti memberi dan menerima tanpa pamrih — agaknya tak perlu ada sesal yang tertunda dan tiada termaafkan.Begitulah mungkin persahabatan yang sejati, atau abadinya persaudaraan yang sesungguhnya. Karena semua, toh tidak begitu saja bisa dipastikan, sebab keikhlasan itu hanya kita sendiri yang mengetahuinya bersama Sang Maha Pencipta yang kita yakini sebagai penentu waktu dan tempat dari moment akhir dari kepergian atau meninggalkan siapa saja diantara kita yang pasti akan mendapat giliran.Gondangdia, 14 November 2019Jacob Ereste