Oleh : Prof. Dr. Muchtar B. Pakpahan,SH., MA.
Pada akhir tahun 1980-an ada gagasan yang dilontarkan oleh Jenderal Dr. TB Simatupang, mantan KSAP (sama dengan Panglima TNI sekarang) pengganti Jenderal Sudirman, tentang TNI dalam keadaan perang dan damai.
Saya sangat mendapat pencerahan dari gagasan ini.
Sebelumnya saya terlebih dahulu menyampaikan “selamat ulang tahun bagi TNI yang ke 74“, dan pada usia 74 tahun tersebut saya menyampaikan saran dan pandangan mengoptimalkan fungsi TNI dalam keadaan damai.
Fungsi utama TNI adalah fungsi pertahanan, karena itu TNI baru sibuk dan mempunyai banyak kegiatan ketika dalam keadaan perang dan tentu kita tidak menghendaki adanya perang. Yang kita kehendaki adalah keadaan damai dengan semua pihak tentu terutama negara tetangga.
Saat ini negara Kita dalam keadaan damai dan TNI tidak dalam situasi berperang. Tetapi bagaimana pun prajurit TNI tetap latihan perang, untuk berjaga-jaga. Selain latihan berperang, tenaga TNI dapat dipakai untuk membantu rakyat.
Kepada TNI dapat ditambahkan peranan nyata untuk mewujudkan Negara kesejahteraan (welfarestate) atau mendekatkan rakyat ke kesejahteraan bagi yang miskin dan menderita.
Saya juga mendapat inspirasi, dari Finlandia. Pada tahun 2002 Kami membaca polling di Finlandia, mengenai instansi mana di negeri itu sangat disukai rakyat. Dalam polling itu instansi yang paling disukai rakyat adalah: urutan yang pertama adalah tentara, urutan yang kedua adalah serikat buruh dan urutan yang ketiga adalah gereja.
TNI dapat difungsikan atau ditugaskan dalam berbagai hal. Saat ini Saya dapat memberi lima fungsi atau tugas yang dapat dilakukan TNI.
1. Membuka keisolasian Suatu Wilayah.
Masih banyak wilayah (desa) yang masih terisolasi dan jauh dari kota kecamatan atau kota kabupaten, dan juga belum dapat dijangkau kendaraan berupa motor apalagi apalagi mobil. Hal ini dapat dikerjakan oleh TNI. Sebagai contoh, desa tempat tinggal keluarga isteri Saya yaitu di Desa Batunabolon Kecamatan Garoga, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Keadaan tempat tersebut yaitu berjarak delapan kilometer dari kota kecamatan Garoga. TNI yang membuka keisolasian itu pada tahun 2004.
2. Keadaan salah satu desa di Banten.
Beberapa kali disiarkan di berbagai TV tentang keadaan di Banten dan dalam siaran TV tersebut ada juga di provinsi lain. Anak – anak sekolah terpaksa basah kaki dan pakaiannya ketika pergi dan pulang sekolah. Mereka terpaksa melewati sungai yang berbahaya karena tidak tersedianya jembatan. Biasanya problem seperti ini adalah karena belum ada anggaran dalam APBD. Jika ini diserahkan untuk dikerjakan TNI dengan peralatan yang ada di TNI dan lengkap, problem ini dapat terselesaikan.
3. Tugas Membangun Pompa Air Minum.
Tiap memasuki musim kemarau, banyak desa kesulitan untuk mendapatkan air minum. Masalah ini terjadi berulang – ulang setiap tahun. Bila kita cerdas, tugaskanlah TNI mengerjakannya, memboor sumur dan membangun bak air. TNI memiliki peralatan yang mampu menggali sumur berapapun kedalamannya sampai dapat menjangkau air. Dengan demikian berkuranglah penderitaan rakyat kita yang setiap musim kemarau banyak desa tidak mendapatkan air bersih.
Untuk tiga masalah di atas, Bupati ataun Gubernur menyediakan biaya operasional peralatan dan biaya personil. Kalau gaji tidak perlu, karena TNI sudah digaji dari APBN.
4. Memberantas Buta huruf.
Masih tingginya angka buta huruf di komunitas tertentu, seperti Papua, Kalimantan, Banten, Jawa Barat bahkan Jawa Tengah. Prajurit TNI dapat difungsikan melakukan spesial task, yaitu menjadi guru di suatu kampung. Agar penduduk yang buta huruf tersebut dapat membaca serta mendapatkan ilmu pengetahuan setara dengan SMP sesuai Pasal 31 UUD 1945.
5. Menjadi Mediator Perkelahian Antar Komunitas Desa.
Masalah kelima ini yang sering terjadi di desa atau kempung. Ada perkelahian antar kampung atau antar desa. Sebelum terjadi perang fisik, TNI dapat berfungsi memediasi agar hal itu tidak terjadi.
Gagasan ini saya tawarkan untuk diterapkan, dan dengan gagasan ini TNI ikut berperan mendekatkan rakyat pada kesejahteraan.
Hidup TNI.
Selamat ulang tahun, Dirgahayu TNI ke 74
Prof. Dr. Muchtar B. Pakpahan,SH., MA., Akademisi dan Ketua Umum (K)BBSI