Oleh: Jacob Ereste
Usai pelantikan Kabinet Bersatu Jokowi-Ma’ruf Amin 20 Oktober 2019-2024, tiba-tiba Adikku Rose Imani dari kampung yang jauhnya sama seperti di pucuk bukit sana mengirim kesedihan lewat whatsapp. Biasanya dia sangat sulit dan pelit untuk memberi komentar. Misalnya ketika kukirim foto cucuku yang lucu-lucu, Adikku itu cuma membalas dengan mengirim gambar jempol doang.
Lha, begitu Kabinet usai diumumkan Joko Widodo tak ada lagi nama Susi Pujiastuti sang perempuan pemberani itu, adikku langsung
menulis lewat whatsapp-nya; lho….kok Ibu Susi nggak ada, katanya.
Sungguh aku pun kaget sambil membayangkan wajah Adikku yang cantik itu dengan parasnya yang sedih.
Diam-diam rupanya Adikku itu sangat ngefans dengan Ibu Susi Pujiastuti yang berani menenggelamkan kapal-kapal asing yang suka maling ikan di laut kita itu.
Aku sendiri sebetulnya kecewa juga, tapi malu untuk mengatakannya secara terbuka. Aku kira itu mungkin karena tekanan naluri lelakiku semata.
Sekedar untuk menenteramkankekecewaan hati Adikku di kampung, segera kukatakan bila aku juga ingin protes kepada Presiden Jokowi, meski aku pun sangat paham protes yang mau disampaikan itu kalau pun sampai kepada Pak Jokowi agak muskil bisa diperhatikan. Lha, wong protes mahasiswa yang sudah begitu dasyat aksi dan demonstrasi saja bisa dianggap angin.
Ternyata dari kekecewaan Adikku Rose Imani yang jauh di kampung kami yang masih acap mati listrik secara bergilir itu dan sering juga kesulitan membeli ikan segar, bisalah menjadi bahan permenunganku yang tinggal di pemukiman kumuh Ibukota Negara dari negeri yang dimitoskan kaya raya ini oleh banyak orang, ada juga hikmahnya.
Artinya, kebijakan sekecil apapun yang dilakukan oleh para elite di negeri ini akan sangat dirasakan juga oleh rakyat seperti Adikku Rose Imani yang jauh di pelosok negeri ini. Meski sekarang Dia kini tinggal menikmati masa pensiun bersama cucunya yang cantik-cantik itu, seperti neneknya juga.
Johar Baru Jkt,
25 Oktober 2019
