Oleh: Denny Siregar
Di tengah marak perumahan dengan gaya bahasa “muslim” atau “syariah” di banyak daerah, kabar baik datang dari Surabaya.
Ibu Kota Jawa Timur ini sudah memulai untuk meningkatkan kerukunan antarwarganya. Bisa dibilang, Surabaya sedang melawan masifnya pemikiran intoleran di banyak daerah.
Sebuah perumahan bernama Royal Residence, memulai pembangunan rumah ibadah dengan berjejer berdampingan. Mulai dari Masjid, Gereja Katolik dan Kristen, Pura, Klenteng sampai Vihara dibangun atas kesepakatan bersama warga.
Di sana bahkan ada Forum Komunikasi antarrumah beribadahnya. Masing-masing rumah ibadah punya pengurus sendiri dan dibangun dengan urunan.
Dalam melawan radikalisme, umat lintas agama memang tidak bisa melawan sendirian.
Awalnya di kompleks perumahan itu ada warga muslim yang ingin membangun masjid. Tapi manajemen perumahan ingin adil dan disepakati untuk membangun rumah ibadah semua agama. Merekapun menyediakan tanah kosong di perumahan supaya bisa dibangun rumah ibadah masing-masing agama.
“Kami pengen hidup rukun,” kata Indra Prasetyo, Ketua Forum Komunikasi rumah ibadah. “Bukan hanya rumah tinggal, tapi juga rumah ibadah meski kita berbeda.”
Sebelum Surabaya, ada Bali yang sudah memulai membangun kompleks peribadatan semua agama di satu tempat di daerah Nusa Dua. Namanya Puja Mandala. Tempat ini dibangun pada 1994 dan menuai banyak pujian karena dinilai sebagai daerah yang menerapkan sila Pancasila.
Pembangunan tempat ibadah bersama dalam satu kompleks seperti di Surabaya dan Bali ini semoga bisa menjadi inspirator bagi daerah lain untuk membangun konsep yang sama.
Dalam melawan radikalisme, umat lintas agama memang tidak bisa melawan sendirian. Dan simbol-simbol perlawanan seperti ini perlu digaungkan supaya negeri ini terjaga dari ancaman.
Ah, jadi pengen seruput kopi melihat kenyataan yang ada. Dan kadal gurun semakin sempit tempat berkembangnya, untuk kemudian satu saat mereka punah dengan sendirinya. (ANFPP)
Seruput….
Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi