Oleh: Prof. Dr. Muchtar Pakpahan,SH, MA.
Sebagai aktivis saya sering berkomunikasi lewat SMS dan WA dengan Ibu Negara Ani Yudhoyono 2004 – 2014.
Hal yang selalu Saya komunikasikan adalah hambatan yang dialami rakyat untuk mendapatkan haknya dan atau derita yang dialami rakyat karena tingkah laku pejabat, pada tingkat kementerian.
Berikut ini ada beberapa contoh
Pernah ada tanah seseorang yang dikuasai salah satu kesatuan TNI sejak tahun 1970-an dengan tanpa ganti rugi. Setiap orang tersebut menuntut ganti rugi selalu dicap PKI.
Pada tahun 2006 Saya mendapatkan surat kuasa untuk menyelesaikan masalah hak orang tersebut.
Setelah itu Saya lansung komunikasikan dengan Mabes TNI, tetapi tidak ada respon positif. Akhirnya Saya SMS Ibu Ani, maka dalam tempo dua hari saya mendapat tembusan Surat Presiden, yang ditujukan kepada Panglima TNI, isinya adah perintah untuk bayar hak atas tanah orang tersebut. Selesailah kasus tersebut.
Ada juga kasus lain yaitu tanah seseorang yang dikuasai oleh negara sejak tahun 1970-an dan dibangunan sebuah SMP negeri di Condet.
Negara bersedia membayar ganti rugi, tetapi ganti rugi dari negara diberikan kepada orang lain yang sebenarnya tidak berhak.
Tiap kali yang berhak mempertanyakan haknya selalu dituduhan PKI. Walaupun sudah ada Putusan Kasasi yang memenangkan orang tersebut dan ada perintah bayar dalam putusan itu, tetapi eksekusinya sanat sulit.
Mengalami hal demikian ahirnya saya komunikasikan dengan ibu Ani. Dengan mendapatkan pesan dari beliau, ahirnya pemerintah bersedia membayarnya.
Pada Tahun 2009, Saya memproses pengusulan Guru Besar Saya. Tahun 2012 – 2014 berkas yang Saya serahkan ke Dikti Depdikbud mengendap disana dan tidak jelas apakah diproses atau tidak.
Lalu suatu hari jam 10.00 pada tahun 2014 Saya kirim WA ke Ibu Ani “selamat pagi Bu Ani. Saya menjadi dosen sejak 1981, sejak 2012 urusan GB saya sudah dua tahun tidak jelas di Dikti. Mohon bantuan ibu.” Sorenya jam 16.00 Saya mendapat WA dari Ibu Ani, berikut ini balasannya,”Pak M.Nuh, Alhamdulillah Pak Muchtar Pakpahan memenuhi syarat jadi Guru Besar tinggal proses SK.” Selanjutnya jadilah Saya professor sejak 1 Oktober 2014.
Sejak Saya dengar Ibu Ani berobat di Singapure karena kanker darah, Sayapun sejak 18 Desember 2018 berobat kanker rongga hidung (nasoparing) di Penang.
Saya kirim WA sebagai berikut: Muchtar Pakpahan [14/2 11:41] “Salam solidaritas ibu Ani. Saya dengar penjelasan Pak Sby, ibu sdg sakit kanker darah. Saya pun sedang kanker rongga hidung, berobat sejak 18 Desember di RS MMC Penang. rencana saya s/d 16 Maret. Dengan ini saya beri dorongan penguatan harus semangat, hati gembira, dekat dengan Tuhan. Dari Penang saya mendoakan ibu disembuhkan Tuhan dgn memakai dokter yang menangani ibu. Kuat ya bu. tq Prof. Muchtar Pakpahan.”
[28/2 09:04] Muchtar Pakpahan,”selasa 25 02 chemo terahir dilanjutkan infus vit n anti muntah semalam. pagi ini lumayan tdk muntah dan menjalani sinar ke 27 tinggal 6 lagi. trims doanya selama ini dan masih tetap mohon doanya.”
[28/2 09:05] Muchtar Pakpahan,”Tapi hari ini kerongkongan sulit menelan, hidung suka berdarah dan leher pedih iritasi serta tak pernah berhenti mual dan muntah lima hari chemo. dampak chemo dan sinar. mudah2an yg 6 radiasi lagi dapat saya lalui.”
[28/2 09:08] Muchtar Pakpahan,”Dari penang hampir tiap malam Ibu Ani saya doakan. sehat ya bu. 1. semangat. kl saya rasanya kecepatan tinggalkan cucu. 2. hati gembira manakala apalagi bersama cucu. 3. tetap dekat Tuhan dengan doa. 4. saya ditemani isteri dan putri bontot kerja dari penang. Puji Tuhan dikit lagi terlewati. Semoga ibu Ani seperti itu juga.”
Kemudian ibu Ani balas.
[28/2 09:43] ANI SBY WA KHUSUS,”Kita hrs sama2 kuat melawan penyakit ini. Pak Muchtar Pakpahan. Salam dan doa dari Sing.”
Saya ada niat untuk besuk dan berdoa ke Singapure, kemudian Saya juga ada niat melayat ke Cikeas, Tetapi terhalang, saya juga sedang pemulihan sakit kanker. Ahirnya saya hanya bisa diwakili papan bunga.
SELAMAT JALAN IBU ANI YUDHOYONO YANG RESPONSIF DAN PERDULI, DISERTAI DOA KAMI SEMOGA PAK SBY, ANAK – ANAK, AGUS DAN IBAS, MANTU, CUCU BESERTA KELUARGA BESAR ANI DAN SBY MENDAPATKAN KEKUATAN DARI TUHAN MELEWATI DUKA INI, SERTA SEGERA MENDAPAT BERKAT PENGHIBUR DARI TUHAN. SERAYA BERDOA JUGA UNTUK KEHIDUPAN IBU ANI YANG RESPONSIF DAN PERDULI SEMOGA DAPAT DILANJUTKAN KELUARGA KHUSUSNYA KETURUNAN IBU.
Prof. Dr. Muchtar Pakpahan,SH., MA., ketua Umum DPP (K)SBSI