Penulis: Ahmad Maulana S.
SBSINews – Yusril kembali hajar Prabowo hingga tak mampu berkutik. Dia bongkar semua efek yang dipindahkan yang dilakukan Prabowo terus memprovokasi rakyat. Apakah Prabowo memang sengaja ingin mengubah Indonesia seperti negara-negara berikut?
Dilansir dari detikNews, capres Prabowo Subianto menolak hasil penghitungan Pemilu 2019 yang dilakukan KPU karena memenuhi penuh kecurangan.
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra, menuding kecurangan tersebut wajib dibuktikan.
“Kalau kita menuduh ada kecurangan, kita wajib membuktikan kecurangan itu. Bukan orang lain yang menyanggahnya. Jadi kita harus membuktikan kecurangan itu,” kata Yusril saat ditemui saat berbuka bersama di kediaman OSO, Jalan Karang Asem Utara, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (15/5/2019).
Yusril juga berbicara tentang kekuatan orang. Dia menyebut pemerintahan yang tidak terlegitimasi hanya akan menciptakan kegaduhan.
“Tanpa itu (proses yang konstitusional), pemerintah tidak pernah sah. Pemerintah yang tidak sah hanya akan menciptakan kekacauan yang tidak akan habisnya,” jelasnya.
Menurut Yusril, tindakan Prabowo dan kubunya yang menolak hasil penghitungan KPU serta menolak protes melalui Mahkamah Konstitusi (MK) tidak akan memberikan perlawanan terhadap hasil pemilu pada 22 Mei mendatang.
“Pada akhirnya bentuk konstitusional adalah MK. Kan yang bisa menyatakan siapa yang menang dalam pemilihan itu kan KPU. Jadi, jika nanti MK memutuskan apakah ada sengketa, ya yang ini bisa sekian, yang ini bisa sekian. Kan selanjutnya bisa dilakukan oleh KPU, “jelasnya.
Pemilihan presiden terpilih diputuskan berdasarkan hasil penghitungan KPU yang kemudian dilegalkan oleh MK. Ia menyebut tidak ada gunanya mengklaim kemenangan jika tidak akan dilantik oleh MPR.
“Justru kan kalau diputuskan KPU, dia sah, mau diputuskan oleh MK. Tapi ya kalau orang ngaku ‘saya menang. Jadi presiden’ tapi tidak dilantik MPR, tidak ada gunanya,” tutupnya.
Pernyataan Yusril tentu saja bukan dasar atau hanya asbun seperti yang biasa dilakukan oleh kubu sebelah. Karena sebenarnya, apa yang dilakukan Prabowo ini pernah terjadi serta dilakukan para peserta Pemilu di negara lain.
Tahun 2013, Kandidat calon presiden Venezuela berasal dari partai oposisi, Henrique Capriles menolak hasil pemilihan. Pasalnya, menurut dia ada rencana untuk mengubah hasil pemilihan presiden usai kematian Presiden Hugo Chavez.
Dalam pemilu tersebut, Capriles berhadapan langsung dengan kandidat partai petahana, Nicholas Maduro.
Maduro dinyatakan menang dalam pemilihan presiden usai meraih 51 persen suara.
Capriles menuding pemerintah telah melakukan kecurangan dengan meminta para PNS agar memilih Maduro. Karena itu, dia meminta Dewan Pemilu untuk mengaudit hasil pemilu.
Dewan pemilihan tidak menemukan perbedaan yang signifikan usai audit. Namun, Capriles menentang menganggap audit tersebut sebagai transisi.
Akibat penundaan hasil pemilu ini, kerusuhan terjadi dan kadang-kadang menewaskan tujuh orang dan 61 orang luka-luka.
Penolakan hasil pemilihan umum Venezuela berulang tahun 2018 Maduro kembali menang.
Pemimpin partai menang, Juan Guaido memboikot hasil pemilu dan menyerukan demo setiap hari untuk memprotes kepemimpinan Maduro.
Buat, bahaslah ini menjadi bahas bagi Amerika Serikat dan Rusia untuk ikut campur.
Dampak, Venezuela Seberapa banyak masalah ekonomi dan sosial yang terjadi? Selain kompilasi Juan Guaido yang didukung AS, mendeklarasikan diri sebagai Presiden Sementara Venezuela.
Penolakan hasil pemilu juga pernah terjadi pada tahun 2016, di Gambia, Afrika Barat.
Calon presiden petahana Gambia, Yahya Jammeh menolak hasil pemilu yang dia anggap abnormal.
Seperti yang dilansir oleh BBC, Yahya juga sudah meminta investigasi sebelum menolak hasil pemilu.
Jammeh kalah dari lawannya, Adam Barrow yang didukung enam partai mendukung. Barrow menang dengan menyetujui 45 persen, sedangkan Jammeh hanya meraup 36,7% saja.
Barrow juga dikenal sebagai pengusaha properti yang pernah menjadi satpam supermarket di Inggris. Sementara Jammeh merupakan Presiden Gambia yang menang karena hasil tahun 1994.
Pada akhirnya, Jammeh menerima kekalahannya dan melepaskan kekuasaannya. Namun, Jammeh nyaris lolos dengan menggondol uang negara sebesar US $ 11 juta. Dia dikabarkan melarikan diri ke Guinea Khatuliswa, namun pejabat lokal belum bisa memastikannya sebagai mantan Presiden Gambia ini.
Pada tahun 2018, juga ada hasil pemilu di Bangladesh. Aliansi membantah yang dipimpin oleh Kamal Hossain menolak hasil pemilu setelah menyetujui pemilihan Bangladesh menyatakan Sheikh Hasina menang menjadi perdana menteri.
Menurut Kamal, pemilu yang hanya memenangkan enam kursi ini tidak masuk akal. Hossain malah menyerukan pemilu ulang di bawah penyelenggaraan pemilu yang netral.
Akibat penundaan pemilu ini, bentrokan pun terjadi. Bentrokan antar aktivis partai ini, dapat disetujui 17 orang meninggal dunia.
Selain itu, karena pemilu ini, ada di Noakhali yang diperkosa ramai-ramai karena memilih senang pada tahun 2019.
Akibat kasus ini, PBB pada Januari lalu menyerukan kepada otoritas Bangladesh untuk segera melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
Pada tahun 2013, persetujuan Kamboja juga menolak hasil pemilu.
Dari Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), Kem Sokha menilai ada yang menang pada pemilu tersebut.
Penting, hasil pemilu berkenan memenangkan Perdana Menteri Hun Sen menang 68 kursi, sedangkan memenangkan 55 kursi.
Mereka menyerukan agar membentuk dewan gabungan dengan anggota kedua partai, PBB dan Pemilu.
Namun, pada tahun 2017 Kemerdekaan karena dicurigai ingin melakukan revolusi dan partai perjuangan dibubarkan.
Penolakan atas hasil pemilu juga pernah terjadi di Zimbabwe, Afrika Selatan tahun 2018.
Pemimpin Gerakan untuk Perubahan Demokratik (MDC) yang merupakan kandidat dari Zimbabwe, Nelson Chamisa menolak hasil pemilihan presiden yang memenangkan kandidat petahana Emmerson Mnangagwa.
Seperti dilansir Rueters, pemimpin MDC menyebut hasil pemilu dipalsukan untuk mencari rakyat. MDC pun melakukan gugatan kecurangan pemilu ke Pengadilan Tinggi.
Terkait, satu orang juga setuju menolak usai bentrok dengan aparat keamanan lokal. Namun pada akhirnya sahkan pemilu ini, pengadilan tinggi Zimbabwe menolak gugatan partai yang disetujui dan tetap memenangkan Emmerson.
Tak ada yang benar-benar baru di bawah matahari kita, karena memang sejarah terus saja berulang.
Namun, relakah kita, rakyat Indonesia, jika negeri ini ikut menjadi bagian dari sejarah buruk, sebagai negara yang hancur, hanya karena ulah satu orang? Yang didukung oleh kelompok yang sama juga gemar berulah?
Artikel penulis yang lain: https://seword.com/author/ahmaulanas18