SBSINews – Tak sedikit orang yang mulai sadar dampak negatif penggunaan sedotan plastik bagi lingkungan. Rupanya kesadaran masyarakat ini menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Seperti yang ditangkap Yumna Batubara, pemilik dari Bulung Bambu yang memproduksi sedotan dari bambu.

Yumna memulai bisnis sedotan ramah lingkungan sejak 4 tahun lalu, alias 2014. Sebenarnya saat itu sudah muncul sedotan yang lebih ramah dari plastik yaitu stainless steel. Kala itu, dia mengatakan masih sangat langka produk sedotan dari bambu, yaitu baru ada satu di Ubud, Bali.

“Saya awalnya mulai 4 tahun lalu. Saat itu belum terlalu booming sedotan bambu. Masih booming-nya sedotan stainless steel gitu, dari metal,” katanya Senin (1/4/2019). “Akhirnya baru booming dua tahun terakhir ini sih.”

Dalam sebulan, dia mampu menjual sedotan bambu hingga 30 ribu pcs. Mayoritas dia ekspor ke Australia dan beberapa ke London.

Selain di Bali, sedotan bambu juga digarap di Deli Serdang, Sumatera Utara oleh Yayasan Ekosistem Lestari.

Marketing Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) YEL, Arif Hasibuan, mengatakan pada Msetelah beberapa kali dipamerkan ke masyarakat dan dijual secara online akhirnya dia bertemu dengan beberapa klien dan salah satunya dari Jepang. Bahkan pembeli asal Jepang telah memesan 15.000 sedotan bambu.

Klien dari Jepang ini, kata Arif, merupakan pembeli kopi produk YEL, yakni Orangutan Coffee. Sehingga dia meminta sedotan bambu dibranding dengan Orangutan Coffee.

“Jadi khusus pesanannya diberi logo orangutan kopi agar seragam karena pemesan memiliki kafe di sana,” katanya, dikutip Antaranews.com.

Untuk harga jualnya sendiri, berbeda antara lokal dan ekspor.

Untuk lokal, sedotan bambu dibanderol dengan harga Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per piece sesuai ukuran. Sedangkan untuk ekspor sekitar Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per piece karena butuh tambahan branding.

Menurut Yumna dari Bulung Bambu, dari segi kualitas, sedotan bambu juga dibilang lebih awet dari sedotan plastik. Dengan perawatan yang tepat, dia mengklaim sedotan plastik bisa bertahan hingga 2 tahun lamanya.

Cara merawat sedotan ini agar awet, dia mengatakan sehabis digunakan sebisa mungkin segera dicuci dengan air tanpa menggunakan sabun. Setelah itu sedotan langsung dikeringkan, bisa dengan tisu atau lap kain.

Dari bisnis yang telah dia geluti hingga hari ini, Yumna berhasil mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah per bulannya.

“Kalau sebulan itu bisa sekitar Rp 100 juta, sampai Rp 150 juta juga sampai kalau lagi ramai,” jelasnya.

Label: sedotan bambu bulung bambu Yayasan Ekosistem Lestari (Sumber: GoodNews)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here