Kutai Timur adalah salah satu kabupaten di Kalimantan Timur yang kaya akan sumber daya alamnya.
Merupakan tempat tujuan konsolidasi dan advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI).
Dalam perjalanan Jakarta ke Kabupaten Kutai Timur, di benakku sungguh luar biasa tempat tersebut, pasti rakyatnya sejahtera dengan kekayaan alam yg belimpah dan sebagai dompet bagi Republik ini.
Sumbangan Kaltim untuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terus meningkat dari tahun ke tahun.
Tahun 2008 mencapai Rp 314,8 triliun, 2009 Rp 285,59 triliun, kemudian pada 2010 Rp 321,76 triliun.
“Meski menurun di tahun 2009 namun di tahun 2010 jumlahnya meningkat lebih besar dibanding tahun 2008. Bahkan 2011 meningkat tajam menjadi Rp 391,42 triliun, 2012 Rp 419,10 triliun dan 2013 Rp 425,4 triliun, (Sumber ANTARA Kaltim 30 Des 2014). Sementara APBD Kutai Timur Tahun 2018 sebesar 2,8 Triliun.
Dalam perjalanan panjang dari Balikpapan, Samarinda, Kutai Kartanegara, Bontang, Sangatta hingga sampai di salah satu kecamatan bengalon tepatnya desa tepian baru, tepian indah dan tepian langsat, kami melihat di sepanjang jalan ada beberapa perusahaan besar seperti Kaltim Prima Coal (KPC), serta pertambangan batu bara besar lainnya bahkan sepanjang jalan terbentang hambaran perkebunan sawit PT. KIN, PT. KBN, PT. BIMA PALMA NUSANTARA, PT. ANUGERAH ENERGITAMA, PT. NIKP, PT. DSN Tbk, PT. NAS dan banyak lagi yang lainnya.
Sungguh di luar dugaan kami dengan kekayaan alam yg luar biasa tersebut tenyata jalan yang kami lalui masih banyak yang hancur dan berlobang dan lebih parah lagi tidak adanya penerangan dari PLN di desa tepian baru dan tepian langsat sejak di mekarkan tahun 2009 desa ini hanya di terangi oleh Genset bantuan KPC yang menyala jam 18.00 Wita sampai jam 24.00 Wita.
Sungguh tragis kehidupan masyarakat di desa ini dan bila ingin listrik sendiri mereka harus membeli genset sediri. Belum lagi sistem pembayaran mesin Sumbangan KPC yang dikelola oleh badan usaha milik desa(BUMDESA), di desa Tepian Indah yang iuranya sangat mahal sehingga beberapa pelanggan yang diputuskan salurannya karena tak mampu bayar mampu membayar.
Timbul pertanyaan kami sebagai orang awam apakah pemerintah daerahnya terlambat menyalurkan PLN di daerah tesebut atau karena korban politik dimana pada pemilihan bupati Kutai Timur desa tersebut tidak memilihnya sehingga mereka di hukum sampai 9 (sembilan) tahun gelap gulita, atau pemerintah pusat tidak mengucurkan dana alokasi umum atau dana alokasi khusus untuk penerangan desa….?
Sementara realisasi pendapatan pada tahun anggaran 2017 sebesar Rp 2,31 triliun dari anggaran pendapatan sebesar Rp 2,76 triliun atau 83,69 % dari anggaran yang direncanakan. Realisasi pendapatan daerah ini bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan realisasi Rp 174,64 miliar dari anggaran pendapatan asli daerah sebesar Rp 151,72 miliar. Hal ini berarti pencapaian sebesar 115,11% melebihi target pendapatan asli daerah.
Sedangkan, prosentase tertinggi terdapat pada pos retribusi pendapatan daerah yang mencapai 133,43%, pendapatan dari anggaran transfer mencapai Rp 1,97 triliun dari anggaran Rp 2,24 triliun dengan capaian realisasi sebesar 80,96%. Realisasi pos tertinggi berasal dari Dana Alokasi Umum, dana penyelesaian atau dana transfer pemerintah provinsi yang mncapai 103,64% dan 93,84 % dari anggaran yang sudah ditetapkan.
“Realisasi lain dari pendapatan yang sah yakni sebesar 162.86 miliar dari anggaran 171.08 miliar, realisasi 94,80% dari anggaran yang ditetapkan,” (sumber kliksangatta.com 29 juni 2018)
Dari capaian target PAD sudah melebihi namun gelap gulita desa tepian baru, tepian indah dan tepian langsat tetap saja gelap.
Penulis : Hendrik Hutagalung
Sekwil Kalimantan & Sulawesi