JANGAN SALAH MEMILIH ORANG UNTUK 2024 NANTI

Oleh: Hasan Nasbi Batupahat

Tidak banyak orang yang bisa seperti Ernest Prakasa. Dia bisa jadi pelakon yang baik sekaligus sutradara yang hebat dalam waktu bersamaan. Film-filmnya, dia sutradarai sendiri atau dilakoni sendiri. Hasilnya bagus dan diterima jutaan penonton. Anda tentu familiar dengan film Cek Toko Sebelah atau Milly & Mamet. Tapi sekali lagi, orang seperti ini tak banyak. Hanya satu atau dua saja yang bisa begitu.

Begitu juga politikus, tidak banyak yang bisa seperti Pak Jokowi, yang punya kemampuan belakang dan di depan panggung sama baiknya. Beliau memukau ketika tampil di publik dan di depan kamera. Selalu ada hal baru dan menarik untuk jadi cerita sehingga popularitasnya senantiasa terjaga. Pun begitu dengan kemampuannya mengatur dan membangun negara. Kerja-kerja di belakang panggung dalam mangarahkan pembangunan bangsa seperti yang bisa kita lihat hari ini. Jejak dan monumen kebijakan beliau bisa dirasakan di seluruh penjuru Indonesia, bahkan di ujung timur sekalipun, bahkan di pulau-pulau terluar sekalipun.

Tapi orang seperti Ernest dan Pak Jokowi tidak muncul tiap tahun. Sebagian besar orang-orang hebat harus memilih menjalani salah satu takdir saja, menjadi sutradara yang luar biasa, atau menjadi pelakon yang layak mendapatkan bintang.

Nah untuk tahun 2024 kita mau cari siapa? Mencari sutradara handal? Atau mencari pelakon yang terampil?

Karena ini berhubungan dengan kekuasaan, maka saya cenderung untuk mencari sutradara yang handal. Sebagai produser yang punya kewenangan dan suara menentukan sosok utama untuk membuat sebuah film yang baik dan bagus, maka saya sebagai rakyat mau pilih sutradara hebat dulu. Para kru pendukung dan pelakon-pelakonnya biar dipilih oleh sutradara. Sebab begitu proyek film dimulai, kekuasaan penuh ada di tangan sutradara. Dia yang menentukan alur dan arah filmnya seperti apa. Dia yang menentukan pelakonnya harus sedih, gembira, lari, duduk berjalan, bahkan beradegan ranjang sekalipun. Dia yang paling menentukan apakah film ini akan jadi bagus atau amsyiong.

Ya memang sutradara akhirnya juga butuh nama dan popularitas supaya dipercaya menggarap film-film yang lebih hebat. Tapi tetap saja tidak akan sebesar dan sepopuler nama besar para pelakon. Dalam film sehebat The Avengers sekalipun nama Joss Whedon jauh kalah populer dibanding nama Robert Downey Junior dan Chris Evans. Ya tentu tak terlalu banyak yang familiar dengan muka Joss Whedon, sementara siapa yang tak kenal dengan sosok Iron Man dan Captain Amerika. Padahal, meski semua berperan, tapi peran terbesar dalam kehebatan film The Avenger harus disematkan kepada orang yang punya kekuasaan untuk mengatur jalan cerita dan gambar-gambar dalm film tersebut, yaitu sutradara.

Nah untuk tahun 2024 nanti, saya merasa kita lebih sering terpukau melihat aksi tokoh-tokoh politik yang terampil sebagai pelakon. Mereka-mereka ini yang sekarang merajai hasil survei. Gimmick dan kemampuan teatrikal mereka di depan kamera patut diacungi jempol. Tapi sayangnya ketika diajak sedikit merenung tentang apa hasil kerja mereka, kita tertegun lama, tak kunjung berhasil menyebutkan satu saja yang bisa diingat, dilihat, dan dirasakan oleh orang banyak. Sementara untuk aksi teatrikalnya, banyak yang bisa kita sebutkan.

Saya khawatir untuk tahun 2024 nanti kita terhipnotis dengan kepiawaian para pelakon lalu tanpa sadar menginginkan mereka duduk di kursi sutradara yang punya kekuasaan amat besar untuk menentukan jalan cerita sebuah bangsa. Seperti yang saya bilang di awal, pelakon yang trampil sebagai sutradara tidak datang setiap tahun, tidak hadir setiap saat. Sebagian besar orang hebat itu harus memilih antara menjadi sutradara hebat atau pelakon yang hebat. Dan memaksakan pelakon hebat untuk menjadi sutradara, dalam banyak kejadian, peluang gagalnya terlalu besar.

Sama seperti cerita kemunduran klub Manchester United. Dia jadi bulan-bulanan bukan karena ditinggal oleh pemain bintang yang memukau di lapangan. MU berantakan setelah ditinggal oleh pelatihnya yang bertangan dingin. Dia tidak ikut main bola di lapangan, bahkan mungkin tak terlalu terampil menggocek bola. Tapi begitu dia tidak ada, pemain bintang di lapangan pun jadi memble. Dia bernama Sir Alex Ferguson.

Jadi, jangan remehkan orang yang kalah populer dan bekerja lebih banyak di belakang panggung. Mungkin saja dia yang paling kita butuhkan. Bukan pemain bola handal yang dipaksa menjadi pelatih, atau pelakon hebat yang dipaksakan untuk menjadi sutradara.

2024 nanti kita mencari orang yang punya kapasitas untuk punya kekuasaan atas hajat hidup kita. Bukan pelakon yang terampil berlenggak-lenggok di depan kamera. Kalau pun nanti dia kebetulan jago di depan kamera, maka anggap itu sebagai bonus saja.

(ANFPPM)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here