Suatu hari pemuda asosial yang bekerja sebagai programer itu tiba-tiba menerima pesan-pesan misterius dari cyberspace.

Selanjutnya ia mencaritahu dan akhirnya sampai pada sebuah kesadaran yang kelak membahayakan dirinya.

Ia menemukan bahwa realitas yang selama ini dialaminya hanyalah sebuah simulasi program yang dikendalikan oleh makhluk digital yang memakzulkan ras manusia.

Seluruh persepsi, pemikiran, dan kesan-kesannya tentang dunia objektif hanyalah simulacrum, layar ilusi-ilusi; rekayasa-rekayasa; dan manipulasi-manipulasi digital.

Ia bersama berjuta-juta dan bermilyar-milyar manusia lain terpasung dalam tabung baterai sebagai power supply server utama “Matrix” tersebut, pengendali pikiran, pembentuk peradaban dan kehidupan umat manusia.

Di sana, di dalam “Matrix” tersebut, manusia-manusia diinfus dengan mimpi seolah hidup dan beraktivitas, sadar dan bebas , padahal imeringkuk dalam penjara imagi, dan menjadi hamba citra-citra palsu.

Ia mencoba bangkit dan manusia-manusia sadar yang sembunyi di bukit Zion di bawah kepimpinan seorang bijakawan bernama Merpheus melakukan perlawanan digital demi menyadarkan para insan yang tertidur terlena oleh dongeng-dongeng modernitas yang absurd dan menghancurkan pusat program, Oracle dalam Matrix setelah bergelut dan adu ketangkasan duel virtual dengan sejumlah agent Smith yang terus terbarui, para begundal Matrix.

Neo sudah berlalu. The Matrix bukan hanya sebuah cerita film yang ditonton tapi telah terjadi di luar layar bioskop, dalam setiap nspas kita.

Kini ia tak hanya membayangi hidup manusia modern namun menjadi hidupnya. Kita di depan pintu realitas baru yang benar-benar revolusioner.

Anda bisa menikmati air terjun Niagara dengan suasana secara persis lalu berpindah ke Savana melihat aneka satwa buas di Savana Mozambik seraya merasakan sensasi kengerian kemudian menikmati jagung bakar di Puncak merayakan pergantian tahun tanpa beranjak dari kursi. Itulah Metaverse.

Istilah “metaverse” berasal dari novel fiksi ilmiah tahun 1992 Snow Crash sebagai portmanteau dari ” meta ” dan ” alam semesta .”

Sejak itu mendapatkan ketenaran sebagai kata kunci untuk promosi, dan sebagai cara untuk menghasilkan hype untuk tujuan hubungan masyarakat dengan membuat klaim yang tidak jelas untuk proyek masa depan.

Privasi informasi dan kecanduan pengguna menjadi perhatian dalam metaverse, yang berasal dari tantangan yang dihadapi media sosial dan industri video game secara keseluruhan. Mark Zuckerberg disebut sebagai penguasa dunia metaverse.

Metaverse digaungkan memiliki potensi untuk merevolusi cara kita melakukan bisnis, mengunjungi teman, berbelanja, dan berjejaring, tetapi itu belum sepenuhnya ada di luar konsep teoretis yang agesif.

Pada tahun 2019, perusahaan jejaring sosial Facebook miliknya meluncurkan dunia VR sosial bernama Facebook Horizon.] Pada tahun 2021 Facebook berganti nama menjadi ” Meta Platforms

Sementara itu rivalnya, Elon Musk, memperkenalkan Neuralink, perusahaan neuroteknologi yang didirikannya dengan tujuan menanamkan (implan) chip ke otak manusia dan meningkatkan kemampuan fisik mereka dengan bantuan komputer.

April lalu, Elon Musk memamerkan teknologi Neuralink yang berhasil membuat seekor monyet makaka mampu bermain game Pong di komputer secara telepatis.

Monyet berusia sembilan tahun itu awalnya diajari cara bermain game Pong, menggunakan joystick untuk menggerakan kursor dalam komputer.

Sebagai hadiah jika berhasil, ia akan diberi jus pisang. Otak Pager telah dipasangi perangkat bernama Link. Sebelum dipasang pada otak monyet, Neuralink sudah menguji teknologinya pada tiga ekor babi pada Agustus 2020 lalu.

Dulu di Yunani idealisme dikalahkan oleh realisme, lalu realisme dibungkam oleh naturalisme. Kini naturalisme akan dikubur oleh digitalisme.

Beberapa tahun lalu kita “bermain efbe’, lalu “pacaran via efbe” bahkan “nikah via efbe” kemudian berbisnis via efbe, dan sekarang kita hidup dalam efbe.

2021 adalah tahun kartu barcode sedangkan 2022 diyakini sebagai tahun metaverse dan neutalink yang memperjelas ironi majikan yang dipaksa pensiun dini oleh pelayan dan ciptaannya sendiri dan meninggalkan natur berdebu.

Bagaimana nasib metafisika, teologi dan agama? Perlu diskusi serius dan berseri. Selamat tua di tahun baru.

Penulis
Dr Muhsin Labib MA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here