Oleh: Andi Naja FP Paraga
SBSINews – Seorang teman menyampaikan bahwa Mall Taman Anggrek Jakarta Barat sejak banjir melanda spontan mematikan listriknya karena basement mall terendam bahkan kondomoniumnya ditinggalkan penghuninya. Mall ini mempekerjakan buruh dalam jumlah besar tentu untuk sementara waktu kehilangan penghasilan dan pada saat yang sama rumah kontrakan mereka pun terkepung banjir.
Pasar – pasar tradisional yang menyediakan sayur mayur mengerang karena mobil – mobil pengangkut sayur – sayuran dari Tangerang, Bekasi dan Bogor masih kesulitan memperoleh sayur dari petani. Bahkan Seorang Pedagang mie rebus di Senen yang memakai produksi sebuah pabrik mie di Tangerang sudah kehabisan stok. Pekerja-pekerja bangunan pun memilih tidak bekerja untuk sementara karena bekerja ditempat terbuka di musim penghujan bisa memberi resiko yang fatal.
Rakyat kecil dan buruh tentu sangat bergantung pada kondisi alam yang normal. Pengusaha pemilik industri apapun jika banjir berhari-hari tentu tidak bisa memproduksi dan mendistribusikan barang atau jasa dengan maksimal.
Semua sektor mengalami persoalan pelik disebabkan banjir awal Tahun 2020. Permasahan banjir memang bukan permasalahan kecil karena itu butuh tindakan nyata. Diskusi dan perdebatan diruang – ruang publik tidak bisa menghibur nasib para korban banjir. Pengusaha, rakyat kecil dan buruh tentu membutuhkan aksi cepat dan tanggap.
Jakarta tentu bukan wilayah satu – satunya yang merasakan pahitnya musibah banjir awal tahun ini, sebagian Jawa Barat, Banten hingga Nusa Tenggara Barat(NTB) dilaporkan oleh beberapa media juga mengalaminya. Beberapa Kota/Kabupaten yang tanggap menghadapi banjir seperti Kota Surabaya dan Kota Semarang tentu bisa tersenyum, bahkan kota-kota se Jawa Tengah dan Jawa Timur walaupun banjir namun surutnya sangat cepat. Kepanikan terbesar justru di Jakarta, Jawa Barat dan Banten karena memang beberapa titiknya sangat parah.
Banjir menjadi musibah tahunan tapi lucunya beberapa bulan sebelumnya kekeringan melanda dibeberapa daerah mengakibatkan rakyat kekurangan air bahkan masyarakat petani menderita gagal panen. Kapan banjir menjadi anugrah sehingga masyarakat yang kekeringan air di musim kemarau dan petani gagal panen terselamatkan karena pemerintah mampu mengelola banjir menjadi anugrah. Sampai kapan bangsa ini tidak berdaya mengatasi banjir, apakah menunggu sampai kita semua menjadi korban banjir. Allahu A’lam bisshowab.
Masih ada diantara kita yang tidak sepakat untuk satu solusi mengatasinya sehingga yang dikorbankan lagi – lagi rakyat kecil, buruh dan masyarakat luas. Pejabat pun berbeda memberi solusi. Ok andaipun berbeda tapi solusi itu sudah dikerjakan dan memang hasilnya mampu mengatasi banjir tentu bukan masalah. Tapi beda solusi dan tak satupun solusi itu dikerjakan tentu sangat menyakiti hati rakyat. Rakyat tidak ingin melihat pemerintah berdebat tapi bekerja.
Kini langkah nyata pemerintah sangat ditunggu oleh rakyat indonesia secepat-cepatnya bahkan sudah harus terwujud dalam waktu dekat disaat musim hujan ini. Kendala tekhnis dan lain-lain itu urusan pemerintah dan rakyat tidak perlu lagi dibebankan mendengar kendala tekhnis itu. Beban Rakyat Kecil dan Kaum Buruh sudah terlampau banyak.(ANFPP.05/01/20)