Tak sulit memahami apa itu Pertumbuhan Ekonomi, secara teoritis Pertumbuhan Ekonomi dibentuk oleh beberapa sektor utama antara lain Konsumsi (belanja) masyarakat secara keseluruhan, Belanja Pemerintah, Pembentukan Modal (Investasi) dalam Negeri, dan Selisih Ekspor Perdagangan luar negeri.
Ekonomi tumbuh 7% menunjukkan ada harapan keluar dari resesi tapi pmrth perlu menjelaskan sektor mana saja yg membuat ekonomi tumbuh.
Tidak sebatas lips service tapi rakyat menjerit, kehilangan pekerjaan, hilang sumber nafkah dan hilang harapan hidup.
Tumbuh 7% pada Q2 (Quartal II) didorong oleh naiknya harga dan ekspor beberapa komoditi seperti hasil perkebunan dan hasil tambang plus meningkatnya arus modal asing di lantai bursa.
Sebagaimana kita ketahui seperti sawit hanya dikuasai segelintir orang atau malahan dimiliki investor asing, tambang juga begitu.
Tumbuh saja tidak cukup jika tidak ada pemerataan, artinya ekonomi tumbuh tapi dinikmati segelintir orang.
Sampai saat ini Indeks Gini naik menjadi 0.385 dibandingkan dengan tahun 2020, artinya ketimpangan ekonomi kaya dan miskin semasih lebar saja.
BPS mencatat jumlah penduduk miskin per September 2020 mencapai 27,55 juta orang atau naik menjadi 10,19 persen dibandingkan September 2019 mencapai 24,79 juta orang pada posisi 9,22 persen. Adapun persentase kenaikan penduduk miskin mencapai 0,97 persen atau terjadi kenaikan mencapai 2,76 juta penduduk miskin akibat covid 19.
Ketimpangan ekonomi yang lebar antara kaya dan miskin seperti rumput kering yang bisa disulut kapan saja. Pada Q3 pertumbuhan ekonomi bisa saja anjlok lagi menjadi 3% karena beberapa fundamental ekonomi rapuh, sektor riil ambrol dan berdarah-darah.
Mikro ekonomi hancur, daya beli masyarakat lemah, konsumsi masyarakat hanya tinggal untuk bertahan hidup.
Eforia sesaat karena pertumbuhan 7% ini penting bagi pemerintah/ pengambil kebijakan ekonomi disaat pandemi supaya kita tetap optimis dan ada harapan untuk bangkit.
Ekonomi Tumbuh OK tapi manfaatnya merata bagi seluruh rakyat Indonesia itu wajib! Jangan tumbuh tapi buat segelintir elit saja.
Dalam situasi pandemi ini memang serba sulit, apakah mendahulukan kesehatan atau ekonomi.
Mendahulukan salah satu itu pilihan sulit dan beresiko fatal bagi pemerintah dan masyarakat. Seperti kalau sakit bagaimana bisa bekerja, gak makan sakit juga, tetap pemerintah yang disalahkan kadrun.
Ibarat kata pepatah seperti memakan buah kanzut dimakan mati gak dimakam mati juga.
Redaksi SBSINEWS
07 Agustus 2021