Di China itu ketertiban melahirkan produktifitas. Sementara korea utara ketertiban melahirkan rasa takut. Jadi walau sama sama komunis. Pendekatan menegakan ketertiban berbeda. Di China pemerintah punya dua tangan. Lengan kanan memegang yuan. Lengan kiri pedang hukum. Orang tidak paksa bertani. Namun pemerintah memberikan insentif pajak, jaminan resiko gagal panen dan jaminan pasar ( sesuai harga international). Ya otomatis orang bergairah berproduksi. Namun pada waktu bersamaan mereka harus patuh pada aturan. Menanam sesuai jadwal dan jenis tanaman ditentukan negara. Engga mau ikut aturan ? ya silahkan tapi hak mereka hilang atas perlindungan resiko dan pasar.
Di China di kota besar hampir tidak ada pedagang kaki lima liar. Semua tertip. Apakah karena sistem komunis? bukan. Karena pemerintah memberikan insentif pengadaan kios. Para distributor dan pabrikan harus menyediakan pasokan langsung ke pedagang. Sehingga pedagang punya daya saing dan konsumen mendapatkan harga barang murah. Kalau omzet pedagang di bawah target menutupi ongkos, pemeritah bailout. Artinya , orang belanja dan berdagang di pasar itu karena masing masing punya kepetingan sama. Sama sama berharap insentif. Pasar jadi ramai, dan semua pihak mendapatkan manfaat, tugas negara membangun peradaban tercapai.
Kalau saya perhatikan, pemerintah China berusahalah membangun keseimbangan. Itu pada semua sektor produksi. Sebelum pemerintah membuat kebijakan ekonomi terhadap rakyat, mereka timbang dulu apa kepentingan rakyat dan barulah diukur kepentingan pemerintah. Jadi rakyat dulu yang dipikirkan. Kalau posisinya seimbang; take and give, maka kebijakan itu akan melahirkan kemapanan. Orang saling bersinergi dengan sendirinya dan gotong royong terjadi bukan karena idiologi atau agama tetapi karena mutual simbiosis. Human being atau sunatullah.
Manusia itu makhluk free will. Apapun cara tindak kekerasan memaksa orang patuh, tidak akan pernah efektif. Kalau rakyat hebat berproduksi, itu karena pemerintah berbisnis dengan rakyat. Bukan dengan retorika membujuk orang, tetapi menawarkan konsep bisnis yang sehat. Dengan begitu maka proses seleksi alam terjadi. Hanya orang yang punya akal sehat yang bisa sukses. Namun kesuksesan mereka memberikan inspirasi bagi mereka yang malas untuk terpacu berproduksi.
Artinya by design kebijakan negara di samping memberikan kesempatan besar kepada mereka untuk berproduksi , juga menjadikan mereka sebagai inspirasi terjadinya perubahan mindset secara luas. Begitu sederhananya cara berpikir mereka. Keadilan itu bukan berbagi subsidi tetapi berbagai kesempatan. Tentu kesempatan yang proporsional. Hanya kepada mereka yang mau ikuti aturan, yang engga mau? biarin aja. Contoh vaksin. Yang engga mau divaksin engga dipaksa. Namun hak sosial mereka dicabut negara. Tinggal di rumah engga boleh, keluar rumah juga engga boleh.
Tim Redaksi SBSINEWS