Generasi kalah, maka semuanya jadi salah. Perkara mubah jadi haram. Masalah muamalah jadi aqidah. Beda fiqh jadi dikafirkan. Ribut perkara siyasah, padahal ujungnya cuma jadi siasat. Sudah miskin tradisi dan rendah literasi, tambah lagi mental orang kalah dalam hal budaya, ekonomi dan politik.

Cadar yang menutup tubuh mu itu gak seberapa. Yang parah itu kalau sampai menutupi diri mu dari pandangan dan perspektif yang berbeda seolah diri mu lebih baik dan lebih benar dari selain diri mu dan kelompok mu, itu keliru.

Jidat hitam itu gak perlu dipersoalkan. Yang gawat itu kalau pikiran dan hati mu hitam melihat perilaku keagamaan saudara mu yang berbeda dan kau tuding bid’ah-gak nyunnah, atau kafir-sesat.

Celana cingkrangmu gak masalah. Yang masalah itu kalau kau menganggap ukuran celana itu sebagai kriteria masuk surga atau neraka, padahal kesombongan diri mu itu yang menutup pintu surga.

Alunan musik kau haramkan, padahal suara piring kosong dan isak tangis kelaparan tetangga mu tak kau hiraukan.

Khilafah masa lalu kau anggap solusi. Padahal generasi lalu yang lebih shalih dari diri mu saja banyak melanggar syariat demi kekuasaan, sementara kamu membedakan khalifah dengan khilafah saja gak bisa.

Mereka yang tak menutup auratnya kau caci-maki, padahal Qur’an hanya meminta mu untuk menundukkan pandangan, bukan mencaci mereka. Ketika kau menundukkan pandangan, bukan saja kau tak melihat aurat mereka yang terbuka tapi juga kau menghormati pilihan mereka dengan rendah hati. Urusi pandangan mu, bukan malah melotot mengurusi tubuh mereka.

Catur boleh saja kau haramkan karena khawatir melalaikan mu dari mengingat-Nya. Tapi lebih parah lagi kalau kau mengingat-Nya dengan cara menuduh orang lain lalai dari-Nya.

Tiup lilin saat ulang tahun kau haramkan. Tapi yang lebih berat lagi jika engkau setiap saat meniup-niup kebencian dan menebar berita hoaks untuk memaki-maki pemimpin mu.

Suara takbir mu menggelegar. Entah kau sedang membesarkan nama-Nya atau kau tengah meneriakkan semua perasaan mu sebagai generasi kalah dalam peradaban dunia saat ini?

Jadilah pemenang. Jangan jadi pecundang. Perbaiki kualitas generasi mendatang lewat institusionalisasi perintah pertama-Nya : Iqra’. Belajarlah dan terus belajar agar kita semua tahu bahwa lewat ilmu lah kita akan meraih kemenangan. In sya Allah!

Tabik,
RAKYAT INDONESIA HARUS CERDAS.
Muhammad Rasyid

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here