Indonesia tanah air beta

Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa.

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata.

Lirik lagu wajib nasional ciptaan Ismali Marzuki diatas kiranya sesuai utk menggambarkan kondisi bangsa kita saat ini. Dimana ada segelintir orang yang hilang akal ,nalar dan logika nya dalam hidup berbangsa dan bernegara di Republik ini.

Saat sebagian besar orang begitu larut dalam euforia semangat serta jiwa nasionalisme, ada sebagian kelompok yang justru menolak dan menganggap bahwa itu bukanlah hal yang mampu menyentuh dan membakar semangat kebangsaan, bahkan yang keluar dari mulut dan hati mereka adalah statement yang jauh dari kata hormat untuk orang yang sejatinya hanya numpang hidup di negara ini.

Mereka adalah kaum benalu dan parasit yang justru berusaha untuk mematikan induknya, bahkan sejatinya jumlah mereka yang sedikit tak sebanding dengan kegaduhan yang mereka ciptakan.

Ironisnya, justru perangai bangsa lain yang kemudian diusung ke negara kita, dibenturkan dengan kearifan lokal Nusantara yang terbiasa hidup dalam kemajemukan, keberagaman dan ketentraman atas dasar persatuan dan kesatuan.

Mereka mengusung ideologi Khilafah yang berbasis totaliter yang sesungguhnya bangsa Arab sendiripun sudah muak dengan ideologi semacam ini, untuk dihadapkan dengan ideologi Pancasila yang memegang teguh permusyawaratan dan perwakilan untuk kemufakatan.

Bukan itu saja, Lagu kebangsaan Indonesia Raya bahkan bendera Merah-Putih dibenturkan juga dengan bendera lain berbingkai agama.

Tidak cukup disitu, busana, pola hidup, kehidupan sosial, serta idiomatika, selalu dijejalkan kepada masyarakat kita untuk meniru bangsa Arab dengan selipan dogma agama.

Yang mengherankan, mereka mendegradasi tata cara budaya, sosial, politik dan beragama kita, yang sudah terbukti bersahaja dan bisa merukunkan kita semua.

Jika mereka ingin bermusuhan dengan saudara sebangsa, Arablah tempatnya.

Jika ingin berbudaya Arab, disanalah tempatnya.

Jika memang anti pada Pancasila, bukan disini juga hak hidupnya.

Jika memang keberatan pada aturan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, silahkan angkat kaki dari Nusantara.

Teringat kata-kata dari mendiang Bung Karno yang dengan tegas mengatakan :
Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India.
Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab.
Kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini.

Silahkan BERKEYAKINAN apa saja, tetapi tetaplah menjadi bangsa INDONESIA.
Karena ini Nusantara yang Ber BHINNEKA TUNGGAL IKA.
TANAH AIR BETA, dan BUKAN tanah air ana.

Salam
Mas Haryo Notonegoro

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here